Rabu, 22 Februari 2012

Penjelasan Surat An-Nisa' Ayat 34 Tentang Superioritas Laki-laki Atas Perempuan


Segala puji bagi Allah Ta'ala, shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad Salallahu 'alaihi wasallam, para sahabat, tabi'in, serta seluruh pengikutnya yang tetap istiqomah sampai hari kiamat kelak.

Tema ini merupakan tema yang menarik untuk dibahas. Selain karena banyaknya kontroversi yang timbul dalam memahami makna ayat ini, juga karena kandungan ayat yang sangat penting untuk dipahami oleh setiap pasangan dalam sebuah keluarga.


Ada beberapa persoalan yang sering menjadi pertanyaan berkenaan masalah ini, di antaranya:

1. Kapan seorang suami harus menerapkan tiga tahap perintah Allah kepada istrinya dari mulai: menasehati, pisah ranjang dan memukul dengan pukulan tidak menyakitkan?

2. Kapan seorang suami harus tahu batasan superioritasnya atas istri? Dan bagaimana solusi yang harus dilakukan ketika ada godaan syetan yang mengganggu hubungan keluarga mereka?

Maka, dalam tulisan ini kita akan mengambil manfaat dari apa yang sudah dijelaskan oleh Syaikh Musthofa Al-Adawi yang sudah dicatat oleh Abu Hamam As-Sa'di ketika pembelajaran dengan Syaikh Musthofa. Semoga bisa bermanfaat bagi pasangan suami istri.

Syaikh Musthofa Hafidzahullah berkata:

Tidak diragukan lagi bahwa setiap wanita sangat perlu untuk mendalami ilmu-ilmu agama. NabiShalallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Wanita itu bagian dari pria." Kewajiban wanita menuntut ilmu juga ada dalam firman Allah وقل رب زدني علما  "Dan katakanlah, ‘Wahai Rabbku, tambahkanlah ilmu kepadaku." (Thaha: 14).
Begitu juga dengan Sabda Nabi, "Barang siapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan menjadikannya mengerti tentang (urusan) agamanya." (HR. Bukhari). Srta perintah lainnya yang menunjukkan kewajiban menuntut ilmu tanpa memandang jenis kelamin.

Banyak juga penjelasan tentang keutamaan orang yang berilmu dibanding orang jahil, bahkan sampai anjing yang sudah diajari oleh tuannya lebih baik dari pada anjing liar, sebagaimana firman Allah, تعلمونهن مما علمكم الله yang artinya, "kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah ke-padamu...” (Al-Maidah: 4). Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

نضر الله امرأ سمع مقالتي فوعاها ثم بلغها كما سمعها .

“Semoga Allah menjadikan berseri orang yang mendengar sabdaku lalumenghafakannya lalu menunaikannya (menyebarkannya) sebagaimana dia dengar.”

Maka, sudah sepantasnya bagi wanita muslimah untuk mengenal hukum-hukum seputar kesehariannya. Bahkan, Aisyah radhiallahu 'anha pernah menyatakan perihal wanita-wanita Anshar, "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, sikap malu tidak menghalangi mereka untuk mendalami ilmu dien."

Allah Ta'ala berfirman kepada istri-istri Nabi,

[واذكرن ما يتلى في بيوتكن من ءاياتِ الله والحكمة

"Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat dan hikmah (sunnah nabimu)" (Al-Ahzab: 34)

Dan terkadang ada beberapa wanita yang meminta Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam untuk mengajari dan menasehati mereka. Nabi juga memerintahkan pada para wanita untuk pergi ke tempat dilaksanakannya shalat Ied, bahkan sampai yang sedang haidh sekalipun , dengan tujuan supaya mereka mendengarkan khutbah dan mengambil pelajaran dari khutbah itu.

Allah Ta'ala berfirman,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya , maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (An-Nisa': 34)

Ayat di atas menggambarkan tentang metode yang berguna untuk keluarga dan kehidupan rumah tangga. Seorang suami dituntut untuk mengatur, meluruskan, dan tegas terhadap istrinya. Seorang suuami wajib bekerja mencari rizqi dari kebutuhan primer maupun sekunder, sebaliknya istri tidak diwajibkan atas hal itu. Makanya, suami itu seperti seorang pengembala yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya, sehingga dengan superioritasnya seorang suami harus mengurus rumah tangganya dengan sesua Syariat Allah Ta'ala.

Mengapa yang wajib bertanggung jawab itu suami? Apa batasan-batasannya?

Allah Ta'ala berfirman,

بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ

"karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)"

Perkara di atas sebenarnya memang sudah menjadi fitrah dalam kehidupan manusia. Fitrah bahwasannya laki-laki itu mempunyai kelebihan atas wanita, di antaranya kekuatan badan, kekuatan akal, keteguhan, ketabahan dan kesabaran. Sehingga persaksian wanita itu hanya setara dengan setengah persaksian laki-laki, karena pada wanita ada sedikit kekurangan dalam akal dan agamanya.

Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya seorang perempuan mengenai hal itu dan beliau menjawab, "Bukankah jika wanita sedang haidh maka dia tidak shalat dan puasa?" Dia menjawab, "Benar ya Rasulullah" Rasulullah berkata, "Maka itu merupakan kekurangan dalam agamanya. Bukankah persaksian wanita itu setengah dari persaksian laki-laki?" Dia menjawab, "Benar ya Rasulullah" kemudian Rasulullah berkata, "Maka itu merupakan kekurangan pada akalnya."

Seorang suami itu bertanggung jawab terhadap rumah tangganya seperti halnya direktur atau pemimpin perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lembaga yang mereka pimpin. Jika perintah suami atau pimpinan yang tidak menyelisihi perintah Allah diabaikan, maka akan terjadi kerusakan dan perpecahan dalam rumah tangga atau suatu lembaga. Makanya, Allah Ta'ala berfirman  فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ artinya, "Maka wanita-wanita yang shalihah," yaitu istri-istri yang ta'at terhadap perintah suaminya. Karena di antara tanda keshalihan wanita adalah keta'atan dia terhadap suaminya.

Akan tetapi, sebaliknya tidak ada ketaatan kepada suami dalam maksiat terhadap Allah Ta'ala, sebagaimana sabada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat terhadap Khaliq". Dari sini kita juga mengetahui bahwasannya tidak diperbolehkan juga bermaksiat kepada suami, karena suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لا يحل لامرأة تؤمن بالله واليوم الآخر أن تصومالتطوع- وزوجها شاهد إلا بإذنه, ولا تأذن في بيتٍ لأحدٍ إلا بإذنه

“Tidak boleh bagi perempuan yang beriman dengan Allah dan hari akhirat berpuasa (sunat) sedang suminya bersamanya kecuali dengan izinnya, dan tidak mengizinkan (seseorangpun) masuk kedalam rumahnya kecuali dengan izinnya”. (HR. Bukhari)

Pemimpin keluarga harus dimintai izin agar urusan rumah tangga tidak bermasalah.

Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika salah seorang istri meminta izin pada kalian (suami), maka janganlah ia (suami) melarangnya." Hadits ini menunjukkan bahwa izin istri kepada suami itu memang disyariatkan dalam setiap keadaan.

Bahkan, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan, "Kalaulah aku boleh memerintahkan seseorang sujud kepada yang lain, niscaya akan aku perintahkan istri sujud pada suami."

Lalu, apa kewajiban seorang pemimpin keluarga?

Sebagaimana setiap pemimpin dalam sebuah organisasi, perusahaan atau bahkan negara, seorang pemimpin keluarga, selain mempunyai hak dia juga mempunyai kewajiban.
Contoh Nabi Sulaiman 'alaihissalam, beliau selalu keluar untuk melihat langsung keadaan rakyatnya dan melayani mereka, sampai beliau meninggal dalam keadaan bertumpu pada tongkatnya. Maka, di antara kewajiban suami sebagai pemimpin keluarga adalah:

1. Bersyukur kepada Allah yang telah menjadikannya sebagai pemimpin dalam rumah tangga dan menjodohkan dia dengan istri yang shalihah.

Rasulullah Shalalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dunia itu hanyalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah." Dalam riwayat yang lain disebutkan, "Yang membuat suami senang jika dipandang, yang taat dengan perintah suami, dan yang terjaga ketika suami sedang tidak bersamanya." Inilah yang disebut dengan wanita shalihah.

2. Harus bersikap lemah lembut terhadap keluarganya. Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi Muhammad,

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (Ali-Imron: 159)

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya, kelemahlembutan itu apabila ada pada sesuatu, ia akan menghiasinya namun apabila tercabut dari sesuatu, ia akan memburukkannya”. Sabda beliau yang lain, "Sesungguhnya Allah jika menghendaki kebaikan atas ahlu bait, maka Allah akan meunjukkan kepada mereka pintu kelemahlembutan."

Diriwayatkan juga dari Abu Sulaiman Malik bin Al Huwairits Radhiallahu anhu berkata: Kami menemui Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, ketika itu kami masih muda, rata-rata usianya. Kami berada bersama Nabi Muhammad saw selama dua puluh hari, sehingga ia menganggap kami telah rindu kepada keluarga kami, ia menanyakan kepada kami tentang keluarga yang kami tinggalkan. Lalu kami sampaikan kepadanya. Nabi Muhammad adalah orang yang sangat lemah lembut dan penyayang. Lalu bersabda: "Pulanglah ke keluarga kamu semua, ajarkan kepada mereka, suruhlah mereka, dan shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat. Dan jika datang waktu shalat hendaklah ada salah seorang di antaramu mengumandangkan adzan, kemudian yang paling tua hendaklah menjadi imam."(HR. Al-Bukhari)

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam yang diutus sebagai rahmatan lil alamin merupakan pribadi yang penyayang kepada para pemuda dan lemah lembut kepada para wanita yang sedang ditinggal suaminya.

Oleh karenya, aku menasehatkan kepada para suami yang pergi meninggalkan istrinya hanya untuk mencari harta dan harta, untuk segera introspeksi dan bertaqwa kepada Allah Ta'ala. Karena pada dasarnya jiwa wanita itu lemah, kecuali yang diberi kelebihan oleh Allah.

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Binasalah budak dinar, budak dirham, dan budak khamishah (pakaian tebal dari sutra), jika diberi maka dia ridha dan jika tidak diberi maka dia marah. Binasalah dan merugilah dia, jika tertusuk duri maka itu tidak akan terlepas darinya. Berbahagialah hamba yang mengambil tali kekang kudanya di jalan Allah, rambutnya kusut, dan kedua kakinya berdebu. Jika dia sedang berjaga maka dia benar-benar menjaga dan jika dia berada di barisan belakang maka dia benar-benar menjaga barisan belakang, Jika dia meminta izin maka dia tidak akan diberi izin dan jika dia meminta syafaat (minta dibantu) maka syafaatnya tidak diterima”. (HR. Al-Bukhari no. 2887)

نْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

“Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

Oleh karenanya wahai para suami, janganlah kalian mendatangi istri kalian dengan wajah عبوساً قمطريراً (wajah muram penuh kesulitan), tapi datanglah dengan raut muka yang penuh suka cita, untuk menentramkan hati para istri, karena istri itu lebih pantas untuk mendapatkan kebaikan. Seorang istri jika sudah merasa kehilangan cinta dan kelemahlembutan dari suaminya, dia bisa saja ingin beralih cinta kepada orang lain, kita berlindung kepada Allah dari hal itu.

Oleh karena itu, bagi para suami hendaknya berusaha berakhlaq dengan akhlaq yang baik, karena Rasulullah pernah bersabda mengenai perempuan, "mereka sesungguhnya hanyalah tawanan yang tertawan oleh kalian," dan bersabda kepada para suami,

اِسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُُه كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ

“Berwasiatlah untuk para wanita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan yang paling bengkok dari bagian tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau ingin meluruskan tulang rusuk tersebut maka engkau akan mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap bengkok, maka berwasiatlah untuk para wanita” (HR. Al-Bukhari)

3. Para pemimpin keluarga hendaknya mengenal karakter pribadi yang mereka pimpin, makanya dia juga harus memahami karakteristik seorang wanita, sehingga suami akan dapat bermuamalah dengan istri atau anak dengan baik, kemudian dia dapat membimbing anggota keluarga yang dia pimpin kejalan yang benar, tentunya dengan hidayah dari Allah Ta'ala.

Firman Allah selanjutnya,

وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

"dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka"

Sudah menjadi kesepakatan ulama bahwa seorang suami wajib hukumnya menafkahi istri dan keluarganya sesuai dengan kemampuannya, jangan hanya mementingkan kebutuhannya sendiri. Sorang istri, jia suaminya tidak mau menafkahinya, maka dia diperbolehkan untuk mengambil harta suami secukupnya tanpa sepenetahuan suami. Sebagaimana dalam kisah Hindun istri Abu Sufyan. Akan tetapi hal ini dilakukan oleh seorang istri yang benar-benar mempunyai kebutuhan mendesak dan digunakan dalam kebaikan serta tidak berlebih-lebihan. Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam,"Ambillah darinya yang bisa mencukupi untuk kamu dan anakmu dalam kebaikan!".

Allah berfirman, "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al A’rof: 31) dan berfirman, "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. " (QS. Al Isra': 29).

Allah Ta'ala telah menjelaskan kepada kita tentang kepemimpinan laki-laki atas wanita, sehingga jangan sampai ada perempuan yang dengan lancangnya menyuarakan kesetaraan gender (persamaan hak antara laki-laki dan wanita), padahal perbuatan semacam ini merupakan penghinaan yang besar terhadap syari'at Allah. Allah sendiri telah membantah hal itu dengan firman-Nya,

وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُواْ وَلِلنِّسَاء نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُواْ اللَّهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan janganlah kalian merasa iri terhadap apa yang dianugerahkan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain. Bagi para lelaki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi wanita ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan memohonlah kepada Allah sebagian dari karunianya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Tahu terhadaap segala sesuatu.” (An-Nisa': 32)

Allah Ta'ala telah memberikan hak dan kewajiban kepada laki-laki dan perempuan yang sangat sesuai dengan tabiat dan karakter masing-masing, maka kewajiban seorang Muslim adalah berserah diri kepada Allah. Makanya, syiar kita adalah "سمعْنا وأطعْنا غفرانكَ ربنا وإليكَ المصير" .

Firman Allah selanjutnya,

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ

"Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah"

Yaitu istri-istri yang taat kepada suaminya. Sebagian ulama menafsirkan "Al-Qunuut" dengan ketaatan."Al-Qunuut" sendiri mempunyai dua makna, yaitu "doa" seperti dalam perkataan نقنت في صلاة الفجر (kita berdoa qunut pada shalat subuh) atau bermakna "diam" seperti dalam riwayat disebutkan "Kita diperintahkan untuk diam dan dilarang bicara" sebagai tafsiran dari firman Allah (وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ).

"Al-Qunuut" juga bisa diartikan dengan "lama berdiri", seperti dalam sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam أفضلُ الصلاةِ طول القنوتِ (Sebaik-baik shalat adalah yang lama berdirinya).

Firman Allah selanjutnya,

حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

"lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)"

Mereka menjaga diri dan kemaluan mereka dari hal-hal haram ketika suami sedang tidak ada. Yang dimaksud di sini bukan semata-mata para istri menjaga diri mereka sendiri, tetapi yang menjaga mereka adalah Allah, sehingga para istri harus terus memohon kepada Allah untuk menjaga diri mereka dari segala keburukan dan hal-hal haram.

Kemudian Allah Ta'ala juga menjelaskan cara-cara meluruskan seorang istri ketika mereka melakukannusyuz, yaitu dalam firman selanjutnya,

وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا

"Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya , maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya."

Yang dimaksud dengan nusyuz adalah: membangkang dan menolak perintah.

Rasulullah pernah ditanya, perempuan bagaimanakah yang paling baik? Beliau menjawab, “Yang paling menyenangkannya jika dilihat suaminya, dan mentaatinya jika dia memerintahkannya, dan tidak menyelisihinya pada diri dan hartanya dengan apa yang dibenci suaminya.” (HR. An-Nasai)

Dengan penjelasan di atas, maka sudah seharusnya bagi seorang suami menjadi penjaga dalam rumah tangga, sebagaimana seorang pemimpin perusahaan, dia akan mendapati di antara yang mereka pimpin orang baik atau sebaliknya.

Nabi Sulaiman alaihissalam yang mempunyai kerajaan agung dengan berbagai jenis makhluk yang dipimpinnya, beliau selalu menjaga dan mengawasi mereka, mana yang taat dan mana yang tidak. Barang siapa yang tidak taat kepadanya, maka نُذقّه منْ عَذَابِ السَّعِير (Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala).

Begitu juga Nabi Dzulqarnain, ketika beliau melintasi suatu kaum di daerah terbenamnya matahari, Allah Ta'ala berfirman,

قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا (86) قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا (87) وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا

"Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.(86) Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.(87) Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami".(88) (Al-Kahfi: 86-88)

 Dan seorang suami juga akan diuji dengan istri yang terkadang tidak taat jika diperintah, dan melanggar jika dilarang. Lantas, bagaimana mengatasi masalah itu?

Tetapi pada realitanya, tidak bisa dipungkiri bahwa akan terjadi permasalahan dalam suatu keluarga, mungkin dari suami yang kurang bertanggung jawab, atau dari pihak istri yang tidak taat pada suami. Seluruh permasalahan ini tentunya muncul karena adanya godaan syetan yang menyusupi rumah tangga. 

Semoga Keluarga Kita Senantiasa menjadi tempat kerinduan bagi anggota keluarganya.


RUMAHKU ADALAH SYURGAKU DI DUNIA....







Selasa, 21 Februari 2012

SAJAK UNTUK ANANDA




                       ANAKKU, SELAMAT DATANG PERMATA HATIKU


Dikala Mentari sinarnya nampak kuning keemasan berkilauan menuju senja hari
Disaat gema kumandang adzan panggilan sholat Ashar menggema
Suaranya merayap ke langit, menyirami  bumi dan bergetar ke seluruh jagad raya ini


Terdengar lengkingan tinggi bagai buluh perindu,
Adalah tangisan bayi …..
Terlahir dengan penuh kebahagiaan bagi kami
Parasnya cantik , pipinya merah wajahnya bersinar cerminan cinta suci anugerah illahi
Dialah anak kita, Dia buah hati kita , dia buah cinta kita
Istriku, coba redakan tangisnya.

Sekelompok burung malam terbang menghiasi dirgantara
Dan terbitlah bintang di ufuk selatan , dialah bintang andara
Memancarkan sinar cinta kasih bagi anak kita yang suci bersih.
Istriku, Berbahagialah dan bersyukurlah , atas kehadiran anak kita

Anakku, rasanya Ingin engkau kugendong dan ku timang-timang,
Dan mengajakmu bermain-main…

Anakku, Kemarilah sayang, menangislah.. Lepaskan tangismu dan jangan ragu
Kenalilah papahmu , kenali mamahmu,
kenalilah saudara-saudaramu,
 Dan juga kenalilah Allah swt Tuhanmu dan tanah tumpah darahmu tercinta ini.

Anakku,..
Segeralah dewasa dalam asuhanku, engkau akan ku bimbing di jalan yang lurus
Jadilah anak berbudi, penuh kebajikan , menjunjung tinggi harkat kebenaran
Jadilah anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan jadilah anak yang bertaqwa

Anakku, mudahkanlah kami orangtuamu untuk mendidik dan membimbing jalanmu
Mudahkanlah aku untuk menjadi imam bagi istriku dan anak-anakku
Semoga engkau menjadi anak yang sholehah, Amin.




Sang Pujangga




Silsilah Nabi Muhammad saw


                                                   Silsilah Nabi Muhammad saw

00 IBRAHIM
01 Isma'eel
02 Nabit
03 Yashjub
04 Tayrah
05 Nahur
06 Muqawwam
07 Udad
08 'Adnan
09 Mu'ad
10 Nizar
11 Mudar
12 Ilyas
13 Mudrika
14 Khuzayma
15 Kinana
16 Al Nadr (Al Quraysh)
17 Malik
18 Fihr
19 Ghalib
20 Lu'ayy
21 Ka'ab
22 Murra
23 Kilab
24 Qussayy (Real name: Zayd)
25 'Abdu Manaf (Real name: Al Mughira)
26 Hashim (Real name: 'Amr) as Banu Hashim
27 'Abdu Al Mutallib (Real name: Shaiba)
28 'Abdullah
29 MUHAMMAD saw



The genealogies ini disusun oleh Ahmad Sibil (Astoria, New
York, mailto:ASHIBL@aol.com) berdasarkan "Sirat Rasulullah"
oleh Ibn Ishaq, yang diterjemahkan oleh Professor
Guillaume's, Oxford University Press




                             Qushayy
                          (lahir 400M)
                               |
        +----------------------+----------------------+
        |                      |                      |
  'Abd'l-'Uzza            'Abd Manaf             'Abd'd-Dar
        |                (lahir 430M)
        |                      |
        |           +----------+-----------+----------+
      Asad          |          |           |          |
        |       Muttalib    Hasyim       Naufal   'Abd Syams
        |                (lahir 464M)                 |
    Khuwailid                  |                    Umayya
        |               'Abd'l-Muttalib               |
   +----+----+            (lahir 497M)               Harb
   |         |                 |                      |
'Awwam   Khadijah              |                  Abu Sufyan
   |                           |                      |
 Zubair                        |                   Mu'awiya
                               |
   +--------+----------+-------+--+-----------+----------+
   |        |          |          |           |          |
Hamzah   'Abbas   'Abdullah   Abu Lahab   Abu Talib   Harith
                 (lahir 545M)                 |
                       |           +----------+----------+
                       |           |          |          |
                   MUHAMMAD     'Aqil       'Ali       Ja'far
                 (lahir 570M)      |          |
                                   |      +---+---+
                                   |      |       |
                                Muslim  Hasan  Husain



oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima
Seri PUSTAKA ISLAM No.1




SILSILAH RASULULLAH SAW


INGIN SELAMAT..? JAGALAH UCAPAN..!



Sebuah kata yang keluar dari mulut seseorang akan mampu merubah suatu yang sepele menjadi luar biasa. Terjadinya kekacauan, pecahnya golongan dan terbuangnya waktu sia-sia, merupakan sedikit dari dampak dari tidak bisanya menjaga lisan.

Begitu luar biasanya dampak dari sebuh ucapan, Islam memberikan catatan tersendiri agar tidak mudah dan sembarangan orang melontarkan perkataan. Seperti  pesan Allah dalam firman-Nya “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab: 70.

Rasulullahu shallallahu ’alaihi wa sallam juga mengatakan dalam sabdanya, ”Barangsiapa yang bisa menjamin bagiku sesuatu yang ada di antara kedua janggutnya (yaitu lisan) dan sesuatu yang berada di antara kedua kakinya (yaitu kemaluan) maka aku jamin ia dengan surga.” (HR. Bukhori).

Pada hadis yang lain beliau mengisahkan seseorang yang tergelincir ke neraka karena perkataannya, ”Sesungguhnya ada seorang hamba yang mengucapkan suatu kalimat dengan tanpa memikirkannya (terlebih dahulu), yang dengan sebab itu ia tergelincir ke dalam neraka yang kedalamannya lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (HR. Bukhori Muslim.

Mu`adz bin Jabal juga menceritakan tentang perjalanannya bersama Rasulullah, ia bertanya kepada beliau, 'Ya Nabiyullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka.
'
 
Beliau menjawab dengan menyebutkan pintu-pintu kebaikan. Setelah itu beliau bersabda: "Maukah engkau aku beritahukan kendali semua itu?' Maka aku berkata,'Tentu, wahai Rasulullah.' Lalu beliau memegang lisannya seraya berkata, 'Tahanlah ini.' Aku bertanya, 'Ya Rasulullah, Apakah kami dihukum karena ucapan kami?' Beliau berkata, 'Ibumu kehilangan engkau, wahai Mu'adz. Dan tidaklah menjerumuskan manusia di dalam neraka selain hasil panen lisan mereka.'

At-Thabrani menambah dalam riwayatnya: 'Kemudian, sesungguhnya engkau tetap selamat selama engkau diam. Maka apabila engkau berbicara, niscaya ditulis atasmu atau untukmu."  

Akibat bagi orang yang suka berkata tidak benar dikisahkan oleh Rasulullah ketika beliau melakukan isra’ mi’raj, menurut rasul "Ketika saya diangkat (pada peristiwa isra' mi'raj), maka saya melewati kaum yang memiliki kuku dari tembaga. Mereka mencakar wajah dan dada mereka. Saya bertanya, 'Siapakah mereka wahai Jibril?' Jibril menjawab, 'Mereka adalah kaum yang memakan daging manusia (maksudnya melakukan ghibah), dan merusak kehormatan mereka'." (HR. Abu Dawud).

Marilah kita senantiasa menjaga mulut kita dengan perkataan yang baik dan indah sehingga, dengan perktaan tersebut membuat orang tersenyum dan bahagia, dan kitapun akan mendapatkan pahala.

Senin, 20 Februari 2012

7 PINTU NERAKA





"Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa yang ditentukan)" (Qs al Hijr :44)

Diriwayatkan bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saw memintanya untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:

1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.
 
2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.
3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).
4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.
5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.
6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.

Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saw meminta Ia untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.
 

Lalu, Nabi saw mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika siuman beliau berkata: "Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?"
 

Kemudian Nabi saw mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya: "Mengapa beliau begitu berduka?" Namun beliau tidak menjawab.
 

Saat itu, Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as, mereka mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as sedang mengasah gerinda sambil membaca ayat "Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal" (al-A'la:17).

Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saw). Setelah mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya  yang memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon korma. Salman al-Farisi yang hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah as, lalu berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai".

Ketika Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai Ayahanda, Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah, demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau memperhatikan dan mengambil pelajaran?"

Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, "Mengapa Ayahanda menangis?" Nabi saw menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, karena sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab".

Ketika Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang yang dimasukkan kedalam api ini pasti menemui ajal". Setelah mengatakan ini beliau pingsan. Ketika siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut mendapat azab yang seperti itu?" Nabi saw menjawab, "Umatku yang mengikuti hawa nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan azab-azab yang lainya.
 

Setelah mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saw menangis dan meratap, "Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit". Sementara sebagian lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata, "Andaikan aku seekor burung, tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab". Bilal yang tidak hadir di sana datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, "Celakalah engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka).

Maha adil Allah, begitu demokratisnya memberikan kebebasan pada manusia untuk memilih.. antara iman & kufur, dengan tanpa ada paksaan " laa ikrooha fiddin..".

Akhirnya pilihan yang kita ambil, mendapatkan konsekuensi adil dari dzat yang maha adil. Jalan menuju sorga berliku nan mendaki tapi saat sampai tujuan, maka akan mendapatkan keindahan yang "tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, tidak dapat dibayangkan oleh hati. Sedangkan jalan menuju neraka, indah mempesona..akhirnya sampai pada kondisi yang mengerikan.


10 SIKAP YANG BISA MENGHANCURKAN KITA


1. Menyalahkan orang lain
Itu penyakit  P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan.

Primitif. Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang dipikirkan adalah: "Siapa nih yang nyantet?" Selalu "siapa", Bukan "apa" penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu "apa" sebabnya, bukan "siapa". Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai dasi dan jas.
Kekanak-kanakan. Kenapa? Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan. Kalau ada piring yang jatuh, "Adik tuh yang salah", atau, "Mbak tuh yang salah". Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu. Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa selalu akan mencari sebab terjadinya sesuatu.

2. Menyalahkan diri sendiri
Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. Ini berbeda dengan mengakui kesalahan. Anda pernah mengalaminya? Kalau anda bilang tidak pernah, berarti anda bohong. "Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat, dan sebagainya, lha, saya ini apa ?, wah saya nggak bisa deh. Dia S3, lha, saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk, pasti nggak bisa deh".

Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang,"Saya kok yang memang salah, saya memang tidak mampu, dan sebagainya". Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa tidak berdaya, kita tidak punya kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap wajar karena mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya.

3. Tidak punya goal atau cita-cita
Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas. Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan baik. Buatlah target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis. Sehingga tidak merasakan hidup yang monoton. Manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Jika kita tidak ada kemauan dan keinginan untuk masa depan, tentunya 10 tahun kedepan kondisi kita akan seperti sekarang malah mungkin bisa lebih buruk dari sekarang.

4. Mempunyai "goal", tapi ngawur mencapainya
Biasanya dialami oleh orang yang tidak "cermat". Goalnya salah, fokus kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah. Yang penting keinginannya tercapai tapi tidak sesuai jalur, alias potong kompas atau jalan pintas.

5. Mengambil jalan pintas (shortcut)
Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, karena tidak mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang, kalaupun matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan, melakukan smash 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari pakai sarung, terus tiba- tiba jadi juara bulu tangkis. Nggak ada! Kalau anda disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu jadi 3 juta, masuk akal nggak tuh? Nggak mungkin! Karena hal itu melawan kodrat. sama halnya seperti pegawai dengan gaji Rp.1juta / bulan, biar cepet kaya akhirnya ambil jalan pintas dengan korupsi uang negara dengan jumlah milyaran. ini adalah jalan yang salah.

6. Mengambil jalan terlalu panjang, terlalu santai

Analoginya begini: Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boeing 737, untuk dapat take- off, memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50 km/jam, ya cuma ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha, kalau jalannya runwaynya lurus anda cuma pakai kecepatan 50 km/jam, ya nggak bisa take-off, malah nyungsep iya. Iya kan?

7. Mengabaikan hal-hal kecil
Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak dikerjain. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja nggak boleh, apalagi mengabaikan orang kecil.

8. Terlalu cepat menyerah
Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal, tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti di tempat yang salah repot sekali.

9. Bayang-bayang masa lalu
Wah, puitis sekali, saya suka sekali dengan yang ini. Karena apa? Kita selalu penuh memori kan? Apa yang kita lakukan, masuk memori kita, minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah kita berikutnya. Apalagi kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik lagi ke penyakit nomer-3. Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatif. Memori kita kadang- kadang sangat membatasi kita untuk maju ke depan. Kita kadang-kadang lupa bahwa hidup itu maju terus. "Waktu" itu maju kan? Ada nggak yang punya jam yang jalannya terbalik? Nggak ada kan? Semuanya maju, hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh, pasti ke depan kok. Orang yang berhasil, pasti pernah gagal. Itu memori negatif yang menghalangi kesuksesan.

10. Menghipnotis diri dengan kesuksesan semu
 Kita kalau pernah berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, nggak kemana-mana lagi. Sudah puas dengan sukses kecil tersebut. Orang berkata "Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan kemenangan yang besar". Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan. Jangan terjebak dengan goal-goal hasil yang kecil, karena kita akan menembak sasaran yang besar, goal yang jauh. Jangan berpuas diri, ntar jadi sombong, terus takabur.