Senin, 23 Januari 2012

IBNU AL NAFIS ( Penemu Sirkulasi Pernapasan ) "Mengenal Ilmuan Muslim"

Penemu Sirkulasi Pernapasan Ibn Al-Nafis atau Harvey?

ibn nafis
Karena dianggap bertentangan dengan Galen, Michael Servetus dianggap menyimpang. Hukumannya, dirinya dan buku Christianismi Restitutio karyanya pun dibakar. Penemuan sirkulasi dalam paru-paru menjadi hal yang penting dan mengundang banyak perdebatan dalam dunia kedokteran. Pendapat yang diyakini selama ini, teori mengenai sirkulasi paru-paru -- kaitan antara pernapasan dan peredaran darah -- ditemukan oleh ilmuwan Eropa mulai abad ke-16. Penggiatnya berturut-turut adalah Servetus, Vesalius, Colombo, dan terakhir Sir William Harvey dari Kent, Inggris. 
ibn al nafis
ibnu nafis
Namun penelusuran sejarah lebih lanjut, dengan meneliti berbagai manuskrip dan objek sejarah lain, maka kejelasan mulai diungkapkan: penemu sirkulasi paru-paru adalah Ibnu Al-Nafis, ilmuwan Muslim abad ke-13. Adalah Dr Muhyo Al-Deen Altawi, fisikawan Mesir, yang mulai menyusur kanal-kanal sejarah sejak tahun 1924. Ia menemukan sebuah tulisan berjudul Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna di perpustakaan nasional Prussia, Berlin (Jerman). Saat itu, ia tengah belajar mengenai sejarah Kedokteran Arab di Albert Ludwig's University Jerman.

Tulisan dalam bentuk diktat itu, merunut pada konteks waktunya, dianggap sebagai karya tulis terbaik yang merangkai secara detil topik-topik anatomi, patologi, dan fisiologi. Diktat yang belakangan diketahui sebagai karya Ibnu Al Nafis ini juga mengungkap sesuatu yang mengejutkan: deskripsi pertama di dunia mengenai sirkulasi paru-paru!

Ia menguraikan lebih jauh konsep yang dipancangkan ilmuwan sebelumnya, Galen, pada abad ke-2. Konsep sirkulasi yang dikembangkan Galen menyebut adanya 'lorong rahasia' antara dua bilik jantung. Ia menguraikan bagaimana darah mencapai bagian kanan jantung dan bergerak menuju pori-pori yang tak terlihat di cardiac septum menuju bagian kiri jantung. Di sana darah bertemu dengan udara dan membangun sebuah 'kekuatan' sebelum diedarkan ke seluruh tubuh. Menurut Galen, sistem vena merupakan bagian yang terpisah dari sistem arteri saat mereka 'kontak' dalam pori-pori tak terlihat itu.




Namun, Ibnu Al-Nafis, berdasar pengetahuannya yang mendalam terhadap anatomi, memikirkan hal yang berbeda:
"...Darah dari kamar kanan jantung harus menuju bagian kiri jantung, namun tak ada bagian apapun yang menjembatani kedua bilik itu. Sekat tipis pada jantung tidak berlubang. Dan bukan seperti apa yang dipikirkan galen, tak ada pori-pori tersembunyi di dalam jantung. Darah dari bilik kanan harus melewati vena arteriosa (arteri paru-paru) menuju paru-paru, menyebar, berbaur dengan udara, lalu menuju arteria venosa (vena paru-paru) dan menuju bilik kiri jantung dan bentuk ini merupakan spirit vital..."

Dalam buku itu dia juga mengatakan:
"Jantung hanya memiliki dua kamar...dan antara dua bagian itu sungguh tidak saling terbuka. Dan, pembedahan juga membuktikan kebohongan yang mereka ungkapkan. Sekat antara dua bilik jantung lebih tipis dari apapun. Keuntungan yang didapat dengan adanya sekat ini adalah, darah pada bilik kanan dengan mudah menuju paru-paru, bercampung dengan udara di dalam paru-paru, kemudian didorong menuju arteria venosa ke bilik kiri dari dua bilik jantung..."


Mengenai anatomi paru-paru, Ibnu Al Nafis menulis:
"Paru-paru terdiri dari banyak bagian, pertama adalah bronchi, kedua adalah cabang-cabang arteria venosa, dan ketiga adalah cabang-cabang vena arteriosa. Ketiganya terhubung oleh jaringan daging yang berongga."









Dia  menambahkan lebih detil mengenai sirkulasi paru-paru:
"... Yang diperlukan paru-paru untuk transportasi darah menuju vena arteriosa adalah keenceran dan kehangatan pada jantung. Apa yang merembes melewati pori-pori pada cabang-cabang pembuluh menuju alveoli pada paru-paru adalah demi percampurannya dengan udara, berkombinasi dengannya, dan hasilnya memjadi sesuatu yang diperlukan di bilik kiri   jantung. Yang mengantar campuran itu ke bilik kiri arteria venosa." 

Kontribusi lain Ibnu Al Nafis adalah bantahannya tentang nutrisi bagi jantung. Avicenna menulis makanan jantung diekstrak dari pembuluh kecil dan didorong ke dinding. 



Kata Al Nafis:

"... Berbeda dengan pernyataannya (Avicenna-red) bahwa darah pada bagian kanan adalah untuk memberi makanan jantung adalah tidak benar sama sekali."

Conun ibn al nafis
Conun ibn al nafis.2
Eropa terlambat memahami

Sir William Harvey
Sayangnya, pengetahuan yang sungguh penting dalam dunia kedokteran ini hanya populer di dunia medis Arab. Eropa baru mengetahuinya 300 tahun kemudian, saat Andrea Alpago dari Belluno menerjemahkan karya Al nafis itu dalam bahasa Latin tahun 1547. Kemudian, Michael Servetus menjelaskan teori sirkulasi paru-paru dalam buku teologinya yang berjudul Christianismi Restitutio pada tahun 1553. Dia menulis: "...Udara dan darah bercampur dan dikirim dari paru-paru menuju jantung melalui pembuluh arteri; bagaimanapun, percampuran itu terjadi di paru-paru. Warna cerah akan diberikan paru-paru, bukan jantung."

Dan, teori Servetus ini -- yang terkesan menjiplak Al Nafis -- dieksekusi oleh Gereja karena dianggap berlawanan dengan apa yang diajarkan oleh Galen. Konsekuensinya, ia bersama bukunya dibakar. Andreas Vesalius mengikuti jejak Servetus menerangkan teori sirkulasi paru-paru. Dalam bukunya, De Fabrica, ia menulis persis seperti apa yang diuraikan Al Nafis. Pada edisi pertama buku Vesalius (1543), ia setuju dengan pendapat Galen bahwa darah dari bilik kanan menuju bilik kiri melalui sebuah sekat tipis.

Namun pada edisi keduanya, tahun 1555, ia sedikit meralatnya dengan kalimat: "Saya masih belum melihat bagaimana sekat yang sungguh tipis itu bisa mengalirkan darah dari bilik kanan menuju bilik kiri." Pendapat itu dikuatkan oleh Realdus Colombo (1559) dalam bukunya, De re Anatomica.

Penjelasan lebih rinci dikemukakan William Harvey. Pada tahun 1628 ia mendemonstrasikan langsung observasi anatomi di laboratorium hewan. Ia menjelaskan bagaimana darah berpindah dari bilik kanan, menuju paru-paru, lalu masuk ke bilik kiri jantung melalui vena paru-paru. Ia juga menunjukkan tak ada satupun pori-pori dalam sekat interventrikular jantung.

Ia menulis dalam monografnya: "Exercitatio anatomica de motu cordis et sanguinis in animalibus: Saya mulai berpikir tentang gerakan yang sangat cepat dalam lingkaran itu. Saya menemukan kebenaran bahwa darah dipompa dalam satu hentakan dari bilik kiri didistribusikan melalui pembuluh arteri ke seluruh bagian tubuh dan kembali melalui vena dan kembali ke bilik kanan, hanya setelah terkirim ke paru-paru dari bilik kanan."

Baca Sejarah Ibnu Al Nafis :
- http://www.islamset.com/isc/nafis/main.html
- http://www.islamonline.net/English/Science/2002/08/article06.shtml
- http://www.uua.org/uuhs/duub/articles/michaelservetus.html


William Harvey :

GEBER, alias ABU MUSA JABIR BIN HAYYAN / BAPAK KIMIA (721-815) " Mengenal Ilmuan Muslim"



Jabir Ibnu Haiyan, yang Geber alkemis dari Abad Pertengahan, umumnya dikenal sebagai "bapak kimia". Abu Musa Jabir Ibnu Haiyan, kadang-kadang, disebut al-Harrani dan al-Sufi, adalah anak dari seorang apoteker (Attar). Tanggal kelahirannya tepat adalah subyek dari beberapa diskusi, tetapi ditetapkan bahwa ia mempraktikkan kedokteran dan alkimia di Kufah sekitar 776 M. Ia dilaporkan telah belajar di bawah Imam Ja'far Sadiq dan Khalid Ibnu Umayyah pangeran Yazid. Pada hari awal, dia berlatih obat-obatan dan berada di bawah perlindungan dari wazir Barmakid selama Kekhalifahan Abbasiyah Haroon al-Rasyid. Ia berbagi beberapa efek dari kejatuhan Barmakids dan ditempatkan di bawah tahanan rumah saya Kufah, di mana ia meninggal pada 803 Masehi



Kontribusi besar Jabir adalah dalam bidang kimia. Dia memperkenalkan penyelidikan eksperimental ke alkimia, yang dengan cepat berubah karakternya menjadi kimia modern. Hanya reruntuhan laboratorium terkenal tetap setelah berabad-abad, tetapi ketenarannya bersandar pada lebih dari 100 risalah monumental, yang 22 berhubungan dengan kimia dan alkimia. Nya kontribusi penting mendasar untuk kimia termasuk kesempurnaan teknik ilmiah seperti kristalisasi, distilasi, kalsinasi sublimasi, dan penguapan serta pengembangan instrumen beberapa yang sama. Fakta perkembangan awal kimia sebagai cabang ilmu yang berbeda oleh orang Arab, bukan ide-ide sebelumnya samar-samar, adalah mapan dan nama yang sangat kimia berasal dari kata Arab al-Kimya, yang dipelajari dan dikembangkan secara ekstensif oleh ilmuwan Muslim.

Mungkin prestasi besar praktis Jabir adalah penemuan mineral dan asam lainnya, yang disiapkan untuk pertama kalinya dalam alembic nya (Anbique). Terlepas dari kontribusi beberapa sifat dasar untuk alkimia, yang melibatkan sebagian besar persiapan senyawa baru dan pengembangan metode kimia, ia juga mengembangkan sejumlah proses kimia diterapkan, sehingga menjadi pelopor dalam bidang ilmu terapan. Prestasinya di bidang ini mencakup persiapan dari berbagai logam, pengembangan dari baja, pencelupan kain dan penyamakan kulit, varnishing air-bukti kain, penggunaan mangan dioksida dalam pembuatan gelas, mencegah berkarat, huruf emas, identifikasi cat , gemuk, dll Selama ini upaya praktis, dia juga mengembangkan aqua regia untuk melarutkan emas. Alembic adalah penemuan besar, yang dibuat mudah dan sistematis proses penyulingan. Jabir meletakkan tekanan besar pada eksperimentasi dan akurasi dalam karyanya.

Berdasarkan sifat-sifat mereka, dia telah menjelaskan tiga jenis zat yang berbeda.Pertama, roh yaitu mereka yang menguap pada pemanasan, seperti klorida kamper, arsen dan amonium, kedua, logam, misalnya, emas, perak, timah, tembaga, besi, dan ketiga, kategori senyawa yang dapat dikonversi menjadi bubuk. Dia dengan demikian membuka jalan untuk klasifikasi kemudian seperti logam, non-logam dan zat mudah menguap.

Meskipun dikenal sebagai seorang alkemis, ia tidak tampaknya telah serius mengejar persiapan logam mulia sebagai seorang alkemis, melainkan ia mengabdikan usahanya untuk pengembangan metode kimia dasar dan studi mekanisme reaksi kimia dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian membantu berkembang kimia sebagai ilmu dari legenda alkimia. Dia menekankan bahwa, dalam reaksi kimia, jumlah pasti dari berbagai zat yang terlibat dan dengan demikian dapat dikatakan telah membuka jalan bagi hukum proporsi konstan.

Sejumlah besar buku yang termasuk dalam korpus nya. Selain dari kimia, ia juga memberikan kontribusi untuk ilmu-ilmu lain seperti kedokteran, dan astronomi. Buku-bukunya pada kimia, termasuk nya Kitab al-Kimya, dan Kitab al-Sab'een diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa Latin dan berbagai. Terjemahan ini sangat populer di Eropa selama beberapa abad dan telah mempengaruhi evolusi kimia modern. Beberapa istilah teknis yang dirancang oleh Jabir, seperti alkali, saat ini ditemukan dalam berbagai bahasa di Eropa dan telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah. Hanya beberapa buku-bukunya telah diedit dan diterbitkan, sementara beberapa orang lain diawetkan dalam bahasa Arab masih harus dijelaskan dan dipublikasikan.

Keraguan telah dinyatakan sebagai apakah semua pekerjaan produktif termasuk dalam korpus adalah kontribusi sendiri atau mengandung kemudian komentar / penambahan oleh para pengikutnya. Menurut Sarton, nilai sejati karyanya hanya akan diketahui ketika semua bukunya telah diedit dan diterbitkan. Pandangan agama dan konsep-konsep filosofis yang terkandung di dalam korpus telah dikritik tetapi, terlepas dari pertanyaan tentang keaslian mereka, itu harus ditekankan bahwa kontribusi utama dari Jabir terletak pada bidang kimia dan tidak dalam agama. Berbagai yang ditemukannya , asam untuk pertama kalinya, asam nitrat terutama, klorida, sitrat dan tartarat, dan penekanan pada eksperimentasi sistematis yang beredar dan itu adalah atas dasar pekerjaan tersebut bahwa ia adil dapat dianggap sebagai bapak kimia modern. Dalam kata-kata Max Meyerhof, perkembangan kimia di Eropa dapat ditelusuri langsung ke Jabir Ibn Haiyan.


 Geber, alias Abu Musa Jabir bin Hayyan,  adalah seorang alkemis Islam terkemuka, apoteker, filsuf, astronom, dan fisikawan. Dia juga telah disebut sebagai "bapak kimia Arab" oleh orang Eropa. 

Jabir lahir di Tus, Khurasan, di Iran, yang pada waktu diperintah oleh kekhalifahan Umayyah, tanggal kelahirannya diperselisihkan, tetapi sumber-sumber yang paling memberikan 721 atau 722. Dia adalah anak dari Hayyan al-Azdi, seorang apoteker dari suku Azd Arab yang beremigrasi dari Yaman ke Kufah (di masa kini-hari Irak) selama kekhalifahan Umayyah.
Hayyan telah mendukung Abbasiyah memberontak melawan Bani Umayyah, dan dikirim oleh mereka untuk provinsi Khorasan (di Iran sekarang) untuk mengumpulkan dukungan untuk perjuangan mereka. Dia akhirnya ditangkap oleh Ummayads dan dieksekusi.Keluarganya melarikan diri kembali ke Yaman, di mana Jabir dibesarkan dan mempelajari Alquran, matematika dan mata pelajaran lain di bawah sarjana bernama Harbi Al-Himyari.

Setelah Abbasiyah berkuasa, Jabir kembali ke Kufah, di mana ia menghabiskan sebagian besar karirnya. Profesi ayah Jabir yang mungkin telah berkontribusi besar terhadap minatnya untuk kimia.
Di Kufah ia menjadi mahasiswa guru Islam dirayakan dan keenam Imam Ja'far al-Shadiq.Dikatakan bahwa ia juga belajar dengan Pangeran Khalid Ibnu Umayyah Yazid. Ia mulai karir berlatih obat, di bawah naungan wazir Khalifah Harun Barmakid al-Rasyid.

Hal ini diketahui bahwa dalam 776 ia terlibat dalam alkimia pada sambungan Kufa.His dengan biaya Barmakid menyayanginya pada akhirnya. Ketika keluarga yang jatuh dari kasih karunia di 803, Jabir ditempatkan di bawah tahanan rumah di Kufah, di mana dia tetap sampai kematiannya.
Tanggal kematiannya diberikan sebagai c.815 oleh Encyclopædia Britannica, tetapi sebagai 808 oleh sumber lain.



Proses Destilasi


Dengan menyuling berbagai garam bersama-sama dengan asam sulfat, asam klorida Jabir menemukan (dari garam) dan asam nitrat (dari sendawa). Dengan menggabungkan dua, ia menemukan aqua regia, salah satu dari beberapa zat yang dapat larut emas.Selain aplikasi yang jelas untuk ekstraksi emas dan pemurnian, penemuan ini akan bahan bakar impian dan keputusasaan alkimiawan selama seribu tahun berikutnya. Dia juga dikreditkan dengan penemuan asam sitrat (komponen asam dari lemon dan buah-buahan mentah lainnya), asam asetat (dari cuka), dan asam tartarat (dari anggur-membuat residu).
Jabir menerapkan pengetahuan kimia kepada perbaikan proses manufaktur, seperti membuat logam baja dan lainnya, mencegah karat, ukiran emas, pencelupan dan kain Waterproofing, penyamakan kulit, dan analisis kimia pigmen dan zat lainnya. Ia mengembangkan penggunaan mangan dioksida dalam pembuatan gelas, untuk melawan semburat hijau yang dihasilkan oleh besi - sebuah proses yang masih digunakan saat ini.Dia mencatat bahwa anggur mendidih uap merilis mudah terbakar, sehingga membuka jalan untuk penemuan Al-Razi dari etanol.
Benih-benih klasifikasi modern dari unsur-unsur ke dalam logam dan non-logam dapat dilihat pada nomenklatur kimia nya. Ia mengusulkan tiga kategori: "roh" yang menguap pada pemanasan, seperti kamper, arsenik, dan amonium klorida, "logam", seperti emas, perak, timah, tembaga, dan besi, dan "batu" yang dapat diubah menjadi powders.In Abad Pertengahan, risalah Jabir di kimia diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi standar untuk teks alkemis Eropa.

Ini termasuk Kitab al-Kimya (Buku berjudul Susunan Alkimia di Eropa), diterjemahkan oleh Robert of Chester (1144), dan Kitab al-Sab'een oleh Gerard dari Cremona (sebelum 1187). Marcelin Berthelot menerjemahkan beberapa buku di bawah judul Kitab fantastis Kerajaan, Kitab Saldo, dan Kitab Merkurius Timur.
Beberapa istilah teknis yang diperkenalkan oleh Jabir, seperti alkali, telah menemukan cara mereka ke dalam berbagai bahasa di Eropa dan telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah.

Kontribusi untuk kimia


Jabir ini kebanyakan dikenal karena kontribusinya untuk kimia. Dia menekankan eksperimentasi sistematis, dan melakukan banyak untuk alkimia bebas dari takhayul dan mengubahnya menjadi sebuah ilmu. Dia adalah dikreditkan dengan penemuan berbagai jenis sekarang-dasar peralatan laboratorium kimia, dan dengan penemuan dan deskripsi dari banyak sekarang-biasa zat kimia dan proses - seperti asam klorida dan asam nitrat, distilasi, kristalisasi, dan yang telah menjadi pondasi kimia saat ini dan teknik kimia.
Dia juga membuka jalan bagi sebagian besar alkemis Islam di kemudian hari, termasuk al-Razi, al-Tughrai dan al-Irak, yang tinggal di, abad ke-9-12 dan 13 masing-masing.Buku-bukunya sangat mempengaruhi alkemis Eropa abad pertengahan dan dibenarkan pencarian mereka untuk stone.In meskipun filsuf dari kecenderungan ke arah mistisisme (dia dianggap seorang sufi) dan takhayul, ia lebih jelas diakui dan menyatakan pentingnya eksperimen.
"Yang penting pertama dalam kimia", ia menyatakan, "adalah bahwa Anda harus melakukan kerja praktek dan percobaan melakukan, karena orang yang melakukan pekerjaan tidak praktis dan tidak membuat percobaan tidak akan pernah mencapai tingkat penguasaan minimal." Jabir juga dikreditkan dengan penemuan dan pengembangan instrumen kimia beberapa yang masih digunakan saat ini, seperti alembic, yang membuat distilasi mudah, aman, dan efisien.

Ini termasuk Kitab al-Kimia (Buku berjudul Susunan Alkimia di Eropa), diterjemahkan oleh Robert of Chester (1144), dan Kitab al-Sab'een oleh Gerard dari Cremona (sebelum 1187). Marcelin Berthelot menerjemahkan beberapa buku di bawah judul Kitab fantastis Kerajaan, Kitab Saldo, dan Kitab Merkurius Timur.
Beberapa istilah teknis yang diperkenalkan oleh Jabir, seperti alkali, telah menemukan cara mereka ke dalam berbagai bahasa di Eropa dan telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah.

Jabir menjadi seorang alkemis di istana Khalifah Harun Al-Rasyid, untuk siapa ia menulis Kitab al-Zuhra ("The Book of Venus", pada "seni mulia alkimia").
Penyelidikan alkimia Jabir berkisar pada tujuan akhir dari takwin - penciptaan buatan hidup. Alkimia memiliki hubungan panjang dengan mistisisme Syiah, menurut Imam pertama, Ali bin Abi Thalib, "adalah alkimia adik nubuat".

Jabir minat dalam alkimia mungkin terinspirasi oleh gurunya Ja'far al-Shadiq, dan dia sendiri disebut "Sufi", menunjukkan bahwa ia mengikuti bentuk mistisisme asketik dalam Islam.In tulisannya, Jabir membayar upeti kepada Mesir dan Yunani alkemis Hermes Trismegistus, Agathodaimon, Pythagoras, dan Socrates.
Dia menekankan sejarah panjang alkimia, "yang asal Arius ... orang pertama yang menerapkan percobaan pertama pada batu [filsuf] ... dan dia menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk meniru cara kerja Alam" (Nasr , Sayyed Hossein, Sains dan Peradaban Islam).

Jabir menyatakan dalam Kitab Stones (4:12) bahwa "Tujuannya adalah untuk membingungkan dan memimpin ke semua kesalahan, kecuali mereka yang Allah mengasihi dan memberi". Karya-karyanya tampaknya telah sengaja ditulis dalam kode yang sangat esoteris, sehingga hanya mereka yang telah diinisiasi ke dalam sekolah alkimia itu bisa memahami mereka. Oleh karena itu sulit terbaik bagi pembaca modern untuk membedakan mana aspek kerja Jabir adalah harus dibaca sebagai simbol (dan apa artinya simbol-simbol), dan apa yang harus diambil secara harfiah. Karena karya-karyanya jarang masuk akal terbuka, yang omong kosong istilah diyakini memiliki awalnya disebut tulisan-tulisannya (Hauck, hal 19).
Penyelidikan alkimia Jabir yang secara teoritis didasarkan pada suatu numerologi yang rumit terkait dengan Pythagoras dan Neoplatonisme sistem. Sifat dan sifat-sifat unsur didefinisikan melalui nilai-nilai numerik yang ditugaskan konsonan Arab hadir dalam nama mereka, akhirnya mencapai puncaknya pada nomor 17.

Untuk Aristoteles fisika, Jabir menambahkan empat sifat panas, dingin, kekeringan, dan kelembaban (Burkhardt, hal 29). Setiap elemen Aristoteles ditandai oleh sifat-sifat: Api baik panas dan kering, tanah yang dingin dan kering, air dingin dan lembab, dan udara panas dan lembab. Ini datang dari kualitas dasar yang bersifat teoretis di alam ditambah substansi. Dalam logam dua dari sifat-sifat ini adalah interior dan eksterior dua orang.Sebagai contoh, timbal dingin dan kering dan emas panas dan lembab.
Dengan demikian, Jabir berteori, dengan mengatur kembali kualitas satu logam, berdasarkan belerang / merkuri konten mereka, logam yang berbeda akan terjadi.(Burckhardt, h. 29) Teori ini tampaknya berasal pencarian untuk al-iksir, obat mujarab yang akan membuat sulit dipahami transformasi ini mungkin - yang pada alkimia Eropa dikenal sebagai batu filsuf.

Jabir juga membuat kontribusi penting untuk kedokteran, astronomi, dan ilmu-ilmu lainnya.Hanya beberapa buku-bukunya telah diedit dan diterbitkan, dan lebih sedikit lagi yang tersedia dalam terjemahan. Geber kawah, terletak di Bulan, dinamai menurut namanya.

Tulisan oleh Jabir

Tulisan-tulisan Jabir Ibn Hayyan dapat dibagi menjadi empat kategori:

• Para 112 Buku didedikasikan untuk Barmakids, wazir Khalifah Harun Al-Rasyid.Kelompok ini mencakup versi Arab dari Tablet Zamrud, karya kuno yang merupakan dasar dari Hermetik atau "spiritual" alkimia. Pada Abad Pertengahan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin (Tabula Smaragdina) dan luas tersebar di kalangan alkemis Eropa.

• Kitab Tujuh, sebagian besar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin selama Abad Pertengahan. Kelompok ini mencakup Kitab al-Zuhra ("Kitab Venus") dan Kitab Al-Ahjar ("Kitab Stones").

• Sepuluh Buku-buku tentang Rektifikasi, berisi deskripsi dari "alkemis" seperti Pythagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles.

• Kitab-kitab tentang Perimbangan; kelompok ini termasuk yang paling terkenal 'Teori keseimbangan di Alam' Beberapa sarjana menduga bahwa beberapa dari karya-karya ini tidak ditulis oleh Jabir sendiri, tapi malah komentar dan penambahan oleh para pengikutnya.. Dalam kasus apapun, mereka semua dapat dianggap karya sekolah 'Jabir' alkimia.

Seorang alkemis adalah orang yang berpengalaman dalam seni alkimia, sebuah cabang filsafat alam kuno yang akhirnya berevolusi menjadi kimia dan farmakologi. Alkimia berkembang di dunia Islam pada Abad Pertengahan, dan kemudian di Eropa dari 13 keabad 18. 




by -Andara-

IBNU SINA atau AVICENNA atau ABU ALI AL-HUSSEIN IBN ABDALLAH IBN SINA ( BAPAK KEDOKTERAN DUNIA ) " Mengenal Ilmuan Muslim"


Kitāb al-Qānūn fī al-ṭibb (MS A 53)
(Kitab Medis)
كتاب القانون فى الطب

oleh Abū 'Alī al-Ḥusayn ibn 'Abd Allāh Ibn Sīnā 
oleh orang-orang Eropa disebut sebagai Avicenna (d. 1037 / 428 H)
ابو على الحسين ابن عبد الله ابن سينا



Al Qanun Fi al-Tibb yang di Barat dikenal dengan Canon, boleh dikata merupakan "KITAB SUCI" ilmu kesehatan pada masanya. Tanpa merujuk ke buku tersebut, ilmu obat-obatan dan farmakologi dirasakan tidak akan sempurna. Tidak heran bila Ibnu Sina, pengarang buku tersebut begitu dihargai kejeniusan dan kontribusinya dalam ilmu kedokteran, sampai sekarang. Bahkan potret Ibnu Sina, hingga kini menjadi salah satu pajangan dinding besar gedung Fakultas Kedokteran Universitas Paris.

Ibnun Sina yang memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hussein Ibn Abdallah, lahir di Afshana dekat Bukhara (Asia Tengah) pada tahun 981. Pada usia sepuluh tahun, dia telah menguasai dengan baik studi tentang Al Quran dan ilmu-ilmu clasar. Ilmu logika, dipelajarinya dari Abu Abdallah Natili, seorang filsuf besar pada masa itu. Filsafatnya meliputi buku-buku Islam dan Yunani yang sangat beragam.

Kemampuannya dalam bidang pengobatan sudah begitu mumpuni di usianya yang masih belia. Bahkan ketika usianya baru tujuhbelas tahun, dia sudah berhasil menyembuhkan penguasa Bukhara, Nun Ibn Manshur. Padahal sebelumnya para pakar kesehatan kerajaan sudah menyerah, tak satu pun yang mampu mengatasi penyakit sang raja.

Atas jasanya itu, Manshur bermaksud memberinya hadiah. Namun Ibnu Sina justru lebih memilih izin dari sang raja untuk diperkenankan meggunakan perpustakaan kerajaan yang dikenal memiliki koleksi buku-buku yang unik.

Setelah ayahnya meninggal, Ibnu Sina merantau ke Jurjan, dan bertemu dengan Abu Raihan al-Biruni, yang kala itu sangat termashur. Setelah itu dia pindah ke Rayy, dan melanjutkan perjalanan ke Hamadan, tempat yang memberinya inspirasi untuk bukunya yang terkenal, Al Qanun 11 al-Tibb.

Di Hamadan dia juga menyembuhkan sang penguasa, Syams al-Daulah, dari penyakit perut yang akut, sebelum melanjutkan lagi perjalanannya menuju Isfahan (kini Iran) untuk menyelesaikan karya-karyanya yang monumental.

Al Qanun fi al-Tibb

Al Qanun fi al-Tibb atau Norma-norma Kedokteran adalah sumbangan terbesar Ibnu Sina yang di Barat dikenal dengan Avicenna, terhadap ilmu pengetahuan. Karya yang manpu bertahan selama enam abad ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard dari Cremena pada abad ke-12. Sejak saat itu Qanun menjadi buku wajib di sekolah-sekolah medis di Eropa. Pada abad ke-15 buku ini mengalami cetak ulang sebanyak enam belas kali. Lima belas cetakan dalam bahasa Latin, satu cetakan dalam bahasa Yahudi. Sedangkan pada abad berikutnya, Qanun mengalami cetak ulang sebanyak dua puluh kali.

Cameron Gruner pada tahun 1930 menerjemahkan sebagian isi buku itu ke bahasa Inggris dengan judul Risalah atas Norma Medis Avicenna. Dan selama lebih dari lima abad, Qanun menjadi pemandu bagi ilmu kedokteran di Barat. Tidak heran bila Dr. William Osier, penulis buku Evolution of Modern Science, mengatakan bahwa Qanun telah menjadi semacam 'kitab suci' kesehatan yang bertahan lebih lama dibanding karya mana pun.

Qanun boleh dikata merupakan Ensiklopedi Pengobatan yang sangat lengkap. Buku ini menelaah ulang pengetahuan kedokteran, baik dari sumber Islam maupun sumber-sumber kuna. Ibnu Sina tidak hanya menggabungkan pengetahuan yang telah ada tapi juga menciptakan karya-karya orisinal yang meliputi beberapa pengobatan umum, obat-obatan (760 macam), penyakit-penyakit mulai dari kepala hingga kaki, khususnya Patologi (ilmu tentang penyakit) dan Farmakopeia (Farmakope).

Di antara beberapa kontribusinya yang merupakan pengembangan besar adalah identifikasinya terhadap sifat-sifat penyakit menular seperti Pththsis dan Tuberculosis (TBC), penyebaran penyakit melalui air dan tanah, dan interaksi antara ilmu psikologi dan kedokteran. Ibnu Sina pula yang pertama kali menjelaskan tentang Meningitis (radang selaput otak) serta memberi penjelasan yang padat tentang anatomi, ginekologi, kesehatan anak, serta menemukan perawatan untuk Lachrymal Fistula, disusul dengan penyelidikan medis terhadap saluran pembuluh darah.

Hingga kini Qanun masih menjadi acuan para pakar untuk penyelidikan anatomi, karena buku ini mampu menjelaskan deskripsi secara gratis maupun penjelasan rinci mengenai Sclera, Kornea, Koroid, Iris, Retina, Lensa, Urat syaraf, juga Optic Chiasma. Dalam mendalami anatomi, Ibnu Sina menentang sikap praduga atau prakiraan. Dia mengimbau para pakar ilmu fisik dan ilmu bedah untuk kembali mendasarkan pengetahuannya pada studi tentang tubuh manusia. Dia mengamati bahwa Aorta sebenarnya terdiri dari tiga saluran yang terbuka saat darah mengalir dari dan di dalam jantung selama kontraksi, dan tertutup selama relaksasi, sehingga tidak akan terjadi luapan aliran darah ke dalam jantung.

Dia juga menegaskan bahwa otot dapat digerakkan karena adanya syaraf yang terdapat di dalamnya. Demikian pula rasa sakit yang dirasakan pada bagian otot, juga disebabkan adanya urat syaraf yang menerima rangsangan rasa sakit tersebut.

Lebih jauh dia mengadakan observasi dan menemukan bahwa ternyata di dalam organ hati, limpa dan ginjal, tidak ditemukan urat syaraf. Sebab urat syaraf justru tertanam pada lapisan luar organ-organ itu.
Karya-karya Lainnya :

Selain ilmu pengobatan dan kesehatan, Ibnu Sina juga menyumbangkan pemikirannya pada ilmu matematika, fisika, musik, dan bidang-bidang lain. 

Penyelidikannya dalam bidang astronomi membuatnya berhasil merancang perangkat semacam Vernier yang meningkatkan ketepatan pengukuran suatu alat. 

Di bidang fisika, sumbangan pemikirannya mengenai bermacam bentuk energi, kalori, cahaya, mekanika, konsep gaya, ruang hampa udara, dan bilangan tak terhingga.

Dalam bidang kimia, Ibnu Sina adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya pada transmutasi kimia logam. Pandangan ini ditentang secara radikal pada masa itu. Risalahnya mengenai mineral merupakan salah satu sumber utama geologi yang digunakan oleh para ensiklopedis Kristen pada abad ke-13.

Penemuannya di bidang musik merupakan perbaikan dari karya Farabi (al-Pharabius), yakni dengan menemukan suatu rumus bahwa jika serangkaian konsonan dirumuskan (n + 1) / n, maka telinga tidak dapat membedakan konsonan tersebut pada n - 45. Lebih jauh dia mengatakan, penggandaan terhadap satuan seperempat dan seperlima pada konsep ini merupakan langkah benar menuju sistem harmonisasi.

Karya Ibnu Sina dalam bidang filsafat yang terkenal adalah Al-Najat, Isyarat, dan al-Shifa (buku yang berisi tentang penyembuhan penyakit) merupakan ensiklopedi filosofis. Di dalamnya berisi jangkauan pengetahuan yang luas, dari filsafat hingga ilmu pengetahuan. Filsafat Ibnu Sina merupakan penggabungan tradisi Aristotelian, pengaruh Neoplatonic dan teologi Islam.

Ibnu Sina mengelompokkan seluruh bidang ilmu ke dalam dua kategori besar, yakni: pengetahuan teoritis dan pengetahuan praktis. Pengetahuan teoritis meliputi fisika, matematika, dan metafisika, sedangkan pengetahuan praktis meliputi etika, ilmu ekonomi, dan ilmu politik.

Jenius yang satu ini tidak pernah berhenti mengembara, baik secara fisik maupun secara batin. Secara fisik, dia terus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, untuk memuaskan rasa ingin tahunya terhadap segala hal, serta untuk dapat belajar, belajar, dan belajar. Karena terlalu banyak memeras otak dan diperparah oleh gejolak politik pada masa itu, kesehatannya semakin memburuk. Akhirnya, pada tahun 1037 dia kembali ke Hamadan, dan meninggal di sana. (amanah)




IBNU SINA : "Bapak Kedokteran Dunia"

Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina adalah nama lengkap Ibnu Sina, yang lebih dikenal sebagai "Avicenna" oleh masyarakat barat. Dia adalah salah seorang tokoh terbesar sepanjang zaman, seorang jenius yang mahir dalam berbagai cabang ilmu. Dia lah pembuat ensiklopedi terkemuka dan pakar dalam bidang Kedokteran, Filsafat, Logika, Matematika, Astronomi, musik, dan puisi.

Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 980 M / 370 H di Afshinah, sebuah desa kecil tempat asal ibunya, di dekat Bukhara. Ayahnya, Abdullah, adalah seorang Gubernur Samanite yang kemudian ditugaskan di Bukhara. Sejak kecil ia telah memperlihatkan intelegensianya yang cemerlang dan kemajuan yang luar biasa dalam menerima pendidikan, ia telah hafal al-Qur'an pada usia 10 tahun.

Nama Ibnu Sina semakin melejit tatkala ia mampu menyembuhkan penyakit raja Bukhara, Nooh ibnu Mansoor. Saat itu ia baru berusia 17 tahun. Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, setidaknya sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Namun Ibnu Sina menolaknya dengan halus. Sebagai imbalan ia hanya meminta izin untuk menggunakan perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Tujuannya adalah mencari berbagai referensi dasar untuk menambah ilmunya agar lebih luas dan berkembang. Kemampuan ibnu Sina yang cepat menyerap berbagai cabang ilmu pengetahuan membuatnya menguasai berbagai macam materi intelektual dari perpustakaan Kerajaan pada usia 21.

Setelah ayahnya wafat, ia meninggalkan Bukhara karena gangguan politik dan pergi ke kota Gorgan, yang tekenal dengan kebudayaannya yang tinggi. Dia diundang dengan tulus oleh Raja Khawarizm, pelindung besar kebudayaan dan pendidikan. Di Gorgan ia membuka praktek dokter, bergerak dalam bidang pendidikan, dan menulis buku. Setelah itu, Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalannya, antara lain ke Kota Ravy dan Kota Hamadan.

Sampai kini ilmunya yang ditulis dalam buku "Al Qanun Fi al-Tib" tetap menjadi dasar bagi perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan dunia. Karena itu Ibnu Sina menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan ilmu kedokteran dunia. Bukunya "Al Qanun" "diterjemahkan" menjadi "The Cannon" oleh pihak Barat, yang kemudian menjadi rujukan banyak ilmuwan abad pertengahan. Buku itu diantaranya berisi eksiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Bahkan diperkenalkan penyembuhan secara sistematis dan dijadikan rujukan selama tujuh abad kemudian (sampai abad ke-17).

Ibnu Sina meninggal pada tahun 1073, saat kembali di kota yang disukainya, Hamadan. Walau ia sudah meninggal, namun berbagai ilmunya sangat berguna dan digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang kini diderita umat manusia.  

Al Qanun fi Al-Tibb
Al Qanun fi al-Tibb








by : Andara