“Seorang mukmin jika
berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika
dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih.
Jika ditambah dengan dosa
lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang
disebut-sebut Allah dalam ayat,“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa
yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.\" (HR Tarmidzi)
Perbuatan Maksiat Dalam
Al-Qur'an Allah swt berfirman yang artinya : "Dan tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada ku" (QS.51:56)
Disana Allah swt
menegaskan kepada manusia, bahwa maksud dari penciptaan manusia dan jin adalah
hanya untuk beribadah kepada Allah swt, lain tidak. Dalam rangka menunaikan
tugas ibadah tersebut, manusia diperintahkan untuk taat dan tunduk kepada semua
perintah Allah swt, baik yang langsung Allah swt firmankan dalam Al-Qur'an,
maupun yang disampaikan melalui sabda Rasulullah saw.
Oleh sebab itulah di dunia ini hanya terdapat 2
golongan manusia. Golongan pertama adalah mereka yang selalu taat pada segala
perintah Allah swt dan sunnah Rasulullah saw. Sedangkan golongan kedua adalah
mereka yang ingkar kepada 2 hal tersebut. Perbuatan ingkar itulah yang disebut
dengan maksiat dan setiap perbuatan maksiat itu adalah dosa.
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziah mengatakan, bahwa
orang-orang bodoh mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt sehingga mereka
mengabaikan perintah dan larangan-Nya serta lupa dengan azab-Nya yang pedih dan
tak mungkin dicegah. Barangsiapa yang mengandalkan ampunanNya tetapi tetap
berbuat dosa, dia sama dengan orang-orang yang membangkang.
Nasib Para Pelaku Maksiat
Al-Qur'an telah banyak menceritakan berbagai kejadian dan bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan maksiat. Cerita tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau lamunan, apalagi cerita bohong untuk sekedar menakut-nakuti manusia, namun ia benar-benar terjadi dan menjadi tragedi bagi umat manusia.
Diantaranya adalah banjir besar yang mencapai puncak gunung pada masa nabi Nuh as yang menjadikan penghuni bumi karam tenggelam, angin puting beliung yang berhembus keras membanting kaum ‘Ad hingga semua mati bagaikan pelepah kurma yang berguguran, guntur dahsyat yang mematikan kaum Tsamud, hujan batu di negri Sodom pada kaum nabi Luth yang membinasakan semua penghuninya, awan azab berupa mega naungan yang ketika turun bagaikan api yang membakar kaum Syu'aib, tenggelamnya Fir'aun dan kaumnya di sungai Nil, pekik keras yang menghancurkan orang-orang yang digambarkan dalam surat Yasin.
Sekali lagi, semua kisah tersebut benar terjadi. Dan penyebab turunnya azab Allah swt tersebut tidak lain adalah perbuatan dosa dan maksiat sehingga semua menjadi pelajaran bagi umat manusia hingga hari kiamat. Dalam hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda : "Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah swt dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya. Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka. Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi dan kedurjanaan penguasa. Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat melainkan mereka akam mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan. Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji) melainkan akan Allah swt utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki. Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an) melainkan akan Allah swt jadikan permusuhan antar mereka."
Rasulullah saw juga
bersabda : "Jika
engkau dapati Allah Azza wa Jalla memberikan limpahan kekayaan kepada seorang
hamba padahal hamba itu tetap berada di dalam kemaksiatan, maka tak lain hal
itu merupakan penundaan tindakan dari Nya" (HR Ahmad)
Selanjutnya beliau
(Rasulullah saw) membaca ayat yang artinya : „Maka tatkala mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan
semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS
Al-An'aam : 44)
Imam Ahmad meriwayatkan,
Abi Rafi' bercerita bahwa Rasulullah saw pernah melewati pekuburan Baqi. Lalu
beliau berkata, "Kotorlah engkau, cis ... !" Aku menyangka kiranya
beliau maksudkan diriku. Beliau bertutur, „Tidak, cuma inilah kuburan si fulan
yang pernah kuutus untuk memungut zakat pada bani fulan lalu dia mencuri baju
wol dan kini dia sedang dipakaikan baju yang serupa dari api neraka.
Dalam shahih Muslim dikatakan
bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : "Penduduk yang di dunia
begelimang kesenangan sementara dia itu termasuk ahli neraka dihadirkan pada
hari kiamat untuk kemudian dicelup dengan celupan neraka. Kemudian kepada
mereka dikatakan, „Hai ibnu Adam, adakah kau lihat kebaikan ?" Dia
menjawab, "Wallahi, tidak ya Rabbi !" Dan manusia yang di dunia
paling sengsara hidupnya sementara dia itu calon penghuni surga akan dicelup
dengan celupan surga. Lalu kepada mereka akan dikatakan, "Hai ibnu Adam,
adakah kau peroleh kesengsaraan? Adakah kau temui kegetiran?" Dia
menjawab, "Tidak, demi Allah ya Rabbi, tidak kudapati sama
sekali.""
Sedangkan dalam shahih
Muslim Rasulullah saw pernah bersabda tentang 3 golongan manusia yang pertama
diadili di hari akhir. Golongan pertama adalah mereka yang mati syahid.
Diantara mereka wajahnya tersungkur dan diseret ke neraka karena ternyata
perang yang telah dilakukannya semata-mata hanya agar disebut pahlawan.
Golongan kedua adalah orang yang sering membaca Al-Qur'an, rajin menuntut ilmu
dan senantiasa mengamalkan pengetahuannya. Namun ternyata mereka juga
tersungkur dan diseret ke dalam nereka. Mengapa ? Karena ternyata mereka hanya
ingin mendapat gelar sebagai orang alim dan pintar. Golongan ketiga adalah
seorang laki-laki yang seluruh kekayaannya dia korbankan.
Tetapi nasibnya sama
dengan kedua golongan sebelumya, ia tersungkur dan diseret ke neraka, karena ia
melakukan itu agar dikatakan dermawan.
Masih banyak ayat-ayat
Al-Qur'an maupun sabda Rasul yang menggambarkan akan bencana apa yang dialami
oleh orang yang berbuat maksiat. Namun cukuplah kiranya beberapa ayat, hadits
dan kisah diatas menjadi pelajaran bagi kita untuk bisa diambil hikmah dan
membuat kita lari dari perbuatan maksiat.
Selanjutnya pada bagian
dua dari tulisan ini akan kita lihat 26 pengaruh dan bahaya maksiat yang dapat
langsung dirasakan oleh setiap diri manusia, seperti yang dituliskan oleh Ibnul
Qayyim Al-Jauziah dalam bukunya „Aatsaarul Ma'ashi wa Adhraaruha" (Akibat
Berbuat Maksiat).
1. Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi'i yang luar biasa, beliau (Imam Malik) berkata, "Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.
2. Maksiat Menghalangi Rizki
Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rizki. Maka meninggalkannya berarti menimbulkan kefakiran. "Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya" (HR. Ahmad)
3. Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah
Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, "Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah (perbuatan dosa itu). Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa diatas dosa."
4. Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain
Maksiat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama
dari golongan yang baik. Semakin berat tekanannya, maka semakin jauh pula
jaraknya hingga berbagai manfaat dari orang yang baik terhalangi. Kesunyian dan
kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dengan keluarga,
anak-anak dan hati nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, "Sesungguhnya
aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang
(kendaraan) dan istriku."
5. Maksiat Menyulitkan Urusan
5. Maksiat Menyulitkan Urusan
Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka
pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi segala urusannya.
Maksiat Menggelapkan Hati Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah
gelap gulita. Ibnu Abbas ra berkata, "Sesungguhnya perbuatan baik itu
mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan
kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut
muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rizki dan
kebencian makhluk."
6. Maksiat Melemahkan Hati dan Badan
6. Maksiat Melemahkan Hati dan Badan
Kekuatan seorang mukmin terpancar dari kekuatan
hatinya. Jika hatinya kuat maka kuatlah badannya. Tapi bagi pelaku maksiat,
meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang
dia butuhkan, hingga kekuatan pada dirinya sering menipu dirinya sendiri.
Lihatlah bagaimana kekuatan fisik dan hati kaum muslimin yang telah mengalahkan
kekuatan fisik bangsa Persia dan Romawi.
7. Maksiat Menghalangi Ketaatan
7. Maksiat Menghalangi Ketaatan
Orang yang melakukan dosa dan maksiat akan cenderung
untuk memutuskan ketaatan. Seperti selayaknya orang yang satu kali makan tetapi
mengalami sakit berkepanjangan dan menghalanginya dari memakan makanan lain
yang lebih baik.
8. Maksiat Memperpendek Umur dan Menghapus Keberkahan
8. Maksiat Memperpendek Umur dan Menghapus Keberkahan
Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa
hidupnya. Sementara itu tak ada yang namanya hidup kecuali jika kehidupan itu
dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta dan dzikir kepada Allah serta
mementingkan keridhaan-Nya.
9. Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain
9. Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain
Seorang ulama Salaf berkata, bahwa jika seorang hamba
melakukan kebaikan, maka hal tersebut akan mendorong dia untuk melakukan
kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika seorang hamba melakukan keburukan,
maka dia pun akan cenderung untuk melakukan keburukan yang lain sehingga
keburukan itu menjadi kebiasaan bagi si pelaku.
10. Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani
10. Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani
Maksiat dapat melemahkan hati dari kebaikan dan
sebaliknya akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat
pun dapat memutuskan keinginan untuk bertobat. Inilah yang akan menjadi
penyakit hati yang paling besar.
11. Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri dan Memudahkan Dosa
11. Menghilangkan Keburukan Maksiat Itu Sendiri dan Memudahkan Dosa
Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, maka ia tidak
lagi buruk memandang perbuatan itu, sehingga maksiat itu menjadi adat
kebiasaan. Ia pun tidak lagi mempunyai rasa malu melakukannya, bahkan
memberitakannya kepada orang lain tentang perbuatannya itu. Dosa yang
dilakukannya dianggapnya ringan dan kecil. Padahal dosa itu adalah besar di
mata Allah swt.
12. Maksiat Warisan Umat Yang Pernah Diazab
12. Maksiat Warisan Umat Yang Pernah Diazab
Misalnya, homoseksual adalah warisan umat nabi Luth
as. Perbuatan curang dengan mengurangi takaran adalah peninggalan kaum Syu'aib
as. Kesombongan di muka bumi dan menciptakan berbagai kerusakan adalah milik
Fir'aun dan kaumnya. Sedangkan takabur dan congkak merupakan warisan kaum Hud
as. Dengan demikian bisa dikatakan, bahwa pelaku maksiat jaman sekarang adalah
kaum yang memakai baju atau mencontoh umat terdahulu yang menjadi musuh Allah
swt. Dalam musnad Imam Ahmad dari Ibmu Umar disebutkan bahwa Rasulullah saw
bersabda, "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk golongannya."
13. Maksiat Menimbulkan Kehinaan dan Mewariskan Kehinadinaan
13. Maksiat Menimbulkan Kehinaan dan Mewariskan Kehinadinaan
Kehinaan itu tidak lain adalah akibat perbuatan
maksiatnya kepada Allah sehingga Allah pun menghinakannya. „...Dan barang siapa yang
dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah
berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS. Al-Hajj:18)
Sedangkan kemaksiatan itu akan melahirkan kehinadinaan, karena kemuliaan itu
hanya akan muncul dari ketaatan kepada Allah swt. „Barang siapa yang
menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah lah kemuliaan itu ..." (QS.
Al-Faathir:10) Seorang Salaf pernah berdoa, „Ya Allah, anugerahilah aku
kemuliaan melalui ketaatan kepada Mu, dan janganlah Engkau hina dinakan aku
karena aku bermaksiat kepada Mu."
14. Maksiat Merusak Akal
14. Maksiat Merusak Akal
Ulama Salaf berkata, bahwa seandainya seseorang itu
masih berakal sehat, maka akal sehatnya itulah yang akan mencagahnya dari
kemaksiatan kepada Allah. Dia akan berada dalam genggaman Allah, sementara
malaikat menyaksikan dan nasihat Al-Qur'an pun mencegahnya, begitu pula dengan
nasehat keimanan. Tidaklah seseorang melakukan maksiat kecuali akalnya telah
hilang.
15. Maksiat Menutup Hati
Allah berfirman, „Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati
mereka." (Al-Muthoffifiin:14) Imam Hasan mengatakan hal itu
sebagai dosa yang berlapis dosa. Ketika dosa dan maksiat telah menumpuk maka
hatinya pun telah tertutup.
16. Maksiat Dilaknat Rasulullah saw
16. Maksiat Dilaknat Rasulullah saw
Rasulullah saw melaknat perbuatan maksiat seperti
mengubah petunjuk jalan, padahal petunjuk jalan itu sangat penting (HR
Bukhari), melakukan perbuatan homoseksual (HR Muslim), menyerupai laki-laki bagi
wanita dan menyerupai wanita bagi laki-laki, mengadakan praktek suap-manyuap
(HR Tarmidzi) dan sebagainya.
17. Maksiat Menghalangi Syafaat Rasul dan Malaikat
17. Maksiat Menghalangi Syafaat Rasul dan Malaikat
Kecuali bagi mereka yang bertobat dan kembali ke pada
jalan yang lurus, sebagaimana Allah swt berfirman : „(Malaikat-malaikat) yang
memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang
yang beriman (seraya mengucapkan) : „Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau
meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat
dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
menyla-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang
telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang sholeh diantara
bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah
mereka dari (balasan) kejahatan." (QS: Al-Mukmin:7-9)
18. Maksiat Melenyapkan Malu
18. Maksiat Melenyapkan Malu
Malu adalah pangkal kebajikan, jika rasa malu telah
hilang, hilangkah seluruh kebaikannya. Rasulullah bersabda : „Malu itu merupakan
kebaikan seluruhnya. Jika kamu tidak merasa malu, berbuatlah sesukamu." (HR. Bukhari)
19. Maksiat Meremehkan Allah
Jika seseorang berlaku maksiat, disadari atau tidak,
rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati. Jika perasaan
itu masih ada, tentulah ia akan mencegahnya dari berlaku maksiat.
20. Maksiat Memalingkan Perhatian Allah
20. Maksiat Memalingkan Perhatian Allah
Allah akan membiarkan orang yang terus-menerus berbuat
maksiat berteman dengan syaitan. Allah berfirman : „Dan janganlah kamu
seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa
kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyir:19)
21. Maksiat Melenyapkan Nikmat dan Mendatangkan Azab
21. Maksiat Melenyapkan Nikmat dan Mendatangkan Azab
Allah berfirman : „Dan apa saja musibah
yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS Asy-Syura:30)
Ali ra berkata : „Tidaklah turun bencana malainkan karena dosa. Dan tidaklah bencana lenyap melainkan karena tobat."
22. Maksiat Memalingkan Istiqamah
Ali ra berkata : „Tidaklah turun bencana malainkan karena dosa. Dan tidaklah bencana lenyap melainkan karena tobat."
22. Maksiat Memalingkan Istiqamah
Orang yang hidup di dunia ini bagaikan seorang
pedagang. Pedagang yang cerdik tentu akan menjual barangnya kepada pembeli yang
sanggup membayar dengan harga tinggi. Ialah Allah yang akan membeli barang itu
dan dibayarnya dengan kehidupan surga yang abadi. Jika seseorang menjualnya
dengan imbalan kehidupan dunia yang fana, ketika itulah ia tertipu.
Sumber : Al-Qur'an & Sunnah dan Akibat Berbuat Maksiat, karya Ibnul Qayyim Al-Jauziah
Sumber : Al-Qur'an & Sunnah dan Akibat Berbuat Maksiat, karya Ibnul Qayyim Al-Jauziah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar