Birrul Walidain merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh
seorang anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa
batinan dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia. Wajibatul
walid (kewajiban orang tua) ialah orang tua berkewajiban mempersiapkan
anak-anaknya agar berbakti kepadanya.
Sabda Rasulullah "Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya
untuk bisa berbakti kepadanya".
Keutamaan-keutaman dari Birrul Walidain
1. Ahabul ‘amali illalahi ta'ala (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT)
1. Ahabul ‘amali illalahi ta'ala (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT)
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni Mas'ud ra "Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi Allah?" Rasulullah bersabda " Shalat tepat pada waktunya". Kemudian aku tanya lagi "Apa lagi selain itu?" bersabda Rasulullah "Berbakti kepada kedua orang tua" Aku tanya lagi " Apa lagi ?". Jawab Rasulullah " Jihad dijalan Allah". Ini berarti diantara 2 amal yang paling dicintai Shalat tepat waktu dan jihad fisabilillah tidak berarti jika durhaka kepada orang tua. Ini dikisahkan bahwa Rasulullah pernah menolak salah seorang sahabat untuk berjihad dijalan Allah karena belum mendapat ridha orang tua. Akhirnya Rasulullah memperintahkan sahabat tsb untuk segera pulang memperbaiki hubungan dengan kedua orang tuanya.
2. Laisajaza an min waladin ila
walidih (Bakti kepada
orang tua bukanlah merupakan suatu balas budi)
Seseorang anak tidak akan dapat membalas jasa kedua orang tua. Sebagaimana dalam hadist "Tidak akan dapat membalas seorang anak kepada orang tuanya melainkan anak itu mendapatkan orang tuanya sebagai hamba sahaya lalu dia membelinya kemudian memerdekakannya".
3. Al ummu hiya ahaqu suhbah (perioritas untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat dari kedua orang tua ialah ibu)
Dikisahkan seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah "Siapakah yang lebih berhak diantara manusia yang paling harus aku perlakukan secara baik?" menjawab Rasulullah "Ibumu" Bertanyalah lagi sahabat tsb "Siapalagi Ya Rasulullah?" Menjawab Rasulullah "Ibumu" Bertanyalah lagi sahabat tsb "Siapalagi Ya Rasulullah?" Jawab Rasulullah "Ibumu" Bertanyalah lagi sahabat tsb "Siapalagi Ya Rasulullah?" Barulah Rasulullah menjawab "Bapakmu". Dalam Qs. 31:14 Allah memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama pada ibunya yang telah mengandung dan menyusuinya.
4.Makruman bi ibadatillah (Berbakti kepada orang tua dibarengi dengan ibadah kepada Allah SWT)
Qs. Al Israa' ayat 23 Allah memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang tua melarang perkataan "ah" dan membentak kepada keduanya dan mengucapkan perkataan yang mulia. Ayat ini mengartikan bahwa berbakti kepada orang tua sama wajibnya dengan ibadah kepada Allah SWT.
Unsur-unsur Walidain
Seorang anak ketika ingin berbakti kepada kedua orang tuanya harus bersikap atau berakhlak yang terkait dengan unsur-unsur Birrul Walidain . Jika unsur-unsur tsb tidak terpenuhi maka hukukul walidain (durhaka kepada orang tua). Unsur-unsur Birrul Walidain yaitu:
1. Al muhaqodhotu alal kaul
Seorang anak hendaknnya menjaga dan memelihara ucapannya dihadapan orang tua, terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut jangan sampai perkataan atau perbuatannya menyinggung perasaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Qs.17 : 23.
2. Khofdul Jannah
Sikap bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap orang tua melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan mereka agar keduanya dikasihi Allah sebagaiman mereka mengasihinya waktu kecil. Hal ini diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al Israa' ayat 24.
3. Attoah Almushahabah
Akhlaq seorang anak yang taat dan kedekatan serta keakraban terhadap orang tua. Walaupun mungkin ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua karena permasalahan yang sangat syar'i (prinsip) tetapi sikap mushahabah (keakraban) tetap harus dilakukan karena itu merupakan hak orang tua, Allah menjelaskannya dalam Qs. 31:15.
4. Sabatulbirri ba'da wafatihima
Tetap berkewajiban berbakti kepada orang tua setelah kedua meninggal dunia. Dalam surat An Anjm ayat 39-41 bahwa Allah SWT memberikan kesempatan kepada orang tua yang meninggal dunia masih memiliki simpanan amal kebaikan yang dapat diperoleh dari anak-anak yang sholeh dan sholeha. Dalam suatu hadist dikisahkan bahwa suatu ketika datang seseorang menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata "Ya Rasulullah apakah masih ada kesempatan untuk berbakti aku kepada orang tuaku setelah keduanya meninggal dunia?"
Rasulullah dengan tegas menjawab "Ya, masih
ada". Ada 5 hal yang harus dijalankan setelah kepada seorang anak agar
berbakti kepada orang tua yang telah meninggal :
a. Asshalatu
‘alaihima (berdo'a untuk
keduanya)
b. Wal isthigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)
c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)
d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)
e.Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahmi kepada orang-orang yang tidak ada hubungan silaturahmi kecuali melalui wasilah kedua orang tua)
b. Wal isthigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)
c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)
d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)
e.Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahmi kepada orang-orang yang tidak ada hubungan silaturahmi kecuali melalui wasilah kedua orang tua)
Kisah-kisah Para
Nabi & sahabat Rasulullah SAW dalam mempraktekan Birrul Walidain
· Kisah Nabi
Ibrahim As
Nabi Ibrahim As mempunyai ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya berseberangan dengan Nabi Ibrahim As tetapi tetap menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada bapaknya. Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang mulia dan ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang lembut sebagaimana dikisahkan Allah pada Qs. 19 : 41-45.
· Kisah Rasulullah SAW
Rasulullah SAW yang telah ditinggal ayahnya Abdullah karena meninggal dunia saat Rasulullah masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain ibunya mengajak Rasulullah ketika berusia 6 tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah itu Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya walaupun aqidah pamannya berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah berbakti pula kepada bibinya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.
· Kisah Abu Bakar As Siddiq ra
Abu Bakar As Siddiq ra adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut ditauladani dalam berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat udzur, bukan hanya perkataan yang lemah lembut lagi mulia dan sikap yang baik melainkan juga beliau dapat mengajak bapaknya yakni Abu Khuwafah untuk beribadah kepada Allah SWT dan mengakui Islam sebagai pedoman hidupnya dan hal ini dinanti oleh Abu Bakar dengan cukup lama. Allah berfirman dalam QS 14 : 40 - 41 ayat yang do'a agar anak, cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas shalat (mendirikan shalat) dan diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.
· Kisah Sa'ad Bin Abi Waqas ra
Sa'ad bin Abi Waqas ra menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa'ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa'ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa'ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa'ad merayu ibunya " Jangan Kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau resikonya". Tidak bosan-bosannya Sa'ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya. Kisah ini juga merupakan asbabun nujul turunnya ayat Qs 31 : 15.
Ketika seorang anak berbakti kepada orang tua merupakan suatu bakti yang tidak hanya sekedar didunia tetapi juga di yaumil akhir.
Bersilaturrahim dan berbuat baik kepada orang tua merupakan
ajaran yang menjadi ketetapan Kitabullah Al-Qur'an dan Al-Hadits. Allah
Ta'ala berfirman: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik baiknya". (Al-Isra': 23)
Wa Qadha
Rabbuka berarti suatu perintah yang lazim tidak bisa
ditawar-tawar lagi dan Alla Ta'budu Illa Iyahu berarti perintah ibadah
yang bersifat individu.
Allah menghubungkan beribadah
kepada-Nya dengan berbuat baik kepada orang tua menunjukkan betapa mulianya
kedudukan orang tua dan birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang
tua) di sisi Allah.
Secara naluri orang tua dengan
suka rela mau mengorbankan segala sesuatu untuk memelihara dan membesarkan
anak-anaknya dan anak mendapatkan kenikmatan serta perlindungan sempurna dari
kedua orang tuanya.
Seorang anak selalu merepotkan
dan menyita perhatian orang tuanya dan tatkala menginjak masa tua mereka pun
tetap berbahagia dengan keadaan putra-putrinya, akan tetapi betapa cepat seorang
anak melalai-kan semua jasa-jasa orang tuanya, hanya disibukkan dengan isteri
dan anak sehingga para bapak tidak perlu lagi menasihati anak-anaknya hanya saja
seorang anak harus diingatkan dan digugah perasaannya atas kewajib-an mereka
terhadap orang tuanya yang sepanjang umurnya dengan berbagai kesulitan
dihabiskan untuk mereka serta mengorbankan segala yang ada demi kesenangan dan
kebahagiaan mereka hingga datang masa lelah dan letih.
Maka berbuat baik kepada kedua
orang tua menjadi keputusan mutlak dari Allah dan ibadah yang menempati urutan
kedua setelah beribadah kepada Allah: "Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliha-raanmu". (Al-Isra':
23)
Kibar atau kibarul sin artinya berusia lanjut, umur sudah mulai
menua, punggung sudah mulai membung-kuk dan kulit sudah mulai
keriput. 'Indaka yang berarti
pemeliharaan yaitu suatu kalimat yang menggambarkan makna tempat berlindung dan
berteduh pada saat masa tua, lemah dan tidak berdaya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka". (Al-Isra': 23)
Seakan-akan Allah berfirman;
Bersopan santunlah kamu kepada orang tua! Dengan demikian ayat tersebut
mengajarkan sikap sopan agar seorang anak tidak menunjukkan sikap kasar serta
menyakitkan hati atau merendahkan kedua orang tua. Allah Ta'ala
berfirman: "Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".
Ini tingkatan yang lebih tinggi
lagi yaitu keharusan bagi anak untuk selalu mengucapkan perkataan yang baik
kepada kedua orang tua dan memperlihatkan sikap hormat serta
menghargai. Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang".
Seolah-olah sikap rendah diri
memiliki sayap dan sayap tersebut direndahkan sebagai tanda penghormatan dan
penyerahan diri dalam arti sikap rendah diri yang selayaknya diperintahkan
kepada kedua orang tua, seba-gai pengakuan tulus atas kebaikan dan
jasa-jasanya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku kasihilah me-reka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Al-Isra': 24)
Penyebutan kondisi masa kecil
yang lemah yang membutuhkan perawatan dari kedua orang tua meng-ingatkan kepada
kondisi yang sama yang sedang dialami orang tua tatkala menginjak lanjut usia
yang selalu membutuhkan kasih sayang dan perawatan semisal. Lalu memohon kepada
Allah agar bisa memberi belas-kasih kepada mereka berdua sebagai pengakuan atas
kekurangan dalam memberi kasihsayang secara sem-purna dan hanya Allahlah yang
bisa memberi kasih-sayang atau perawatan yang sangat sempurna serta hanya Dialah
yang mampu membalas semua kebaikan dengan sempurna yang tidak mungkin bagi anak
untuk melakukannya.
Bukti kasih sayang Allah banyak
sekali yang tampak pada makhluk lain. Suatu contoh cahaya mata-hari yang
menyinari alam semesta, udara yang dihirup manusia melalui proses paru-paru, air
berfungsi untuk minum, masak dan menyiram tanaman dan kasih sayang ibu terhadap
anaknya yang muncul secara fitrah sebagai bukti nyata kasih sayang Allah Rabb
semesta alam.
Orang mulia dan baik kepada
kedua orang tua akan selalu tahu kedudukan serta kemuliaan orang tua, dia
merasakan tatkala mencium tangan ibu atau bapak-nya seolah-olah dia bersujud
dengan ruh dan perasaan-nya laksana bersujud kepada Allah, dia mendapatkan jati
diri yang sebenarnya sebagai suatu rahasia dalam kehidupan. Semua itu menjadi
bukti penghargaan dan penghormatan kepada kedua orang tua. Allah Ta'la
berfirman: "Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu-bapaknya . Dan jika kedua-nya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
ke-duanya". (Al-Ankabut: 8).
Orang tua adalah kerabat terdekat
yang mempu-nyai jasa yang tidak terhingga dan kasih sayang yang besar sepanjang
masa sehingga tidak aneh bila hak-haknya juga besar.
Seorang anak wajib mencintai,
menghormati dan memelihara orang tua walaupun keduanya musyrik atau berlainan
agama, keduanya berhak untuk diberi kebaik-an dan pemeliharaan bukan mentaati
dan mengikuti kesyrikan atau agamanya. Allah Ta'ala berfirman: "Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang ber-tambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun." (Luqman : 14)
Disebutkan berulang-ulang serta
banyak sekali wasiat untuk seorang anak agar berbuat baik kepada kedua orang
tuanya di dalam Al-Qur'an dan wasiat Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan
tidak disebutkan wasiat orang tua untuk berbuat baik terhadap anaknya kecuali
sedikit.
Karena kebaikan dan pengorbanan
orang tua berupa jiwa, raga dan kekuatan yang tak terhitung tanpa berkeluh kesah
dan meminta balasan dari anaknya, secara fitrah(naluri) sudah cukup sebagai
pendorong kedua orang tua untuk bersikap demikian tanpa ditekan dengan wasiat.
Adapun anak harus selalu diberi wasiat dan diingatkan agar senantiasa ingat akan
jasa-jasa orang yang selama ini telah mencurahkan jiwa dan raga serta seluruh
hidupnya dalam membesarkan dan mendidiknya. Apalagi seorang ibu selama
mengandung mengalami banyak beban berat sebagaimana firman Allah Ta'ala
(ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah), ibu
lebih banyak menderita dalam membesarkan dan mengasuh anaknya, dan penderitaan
di saat hamil tidak ada yang bisa merasakan payahnya kecuali kaum ibu juga.
Al-Bazzar meriwayatkan hadits
dari Buraidah dari bapaknya bahwa ada seorang lelaki yang sedang thawaf sambil
menggendong ibunya, lalu dia bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
" Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?" Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Belum! Walaupun se-cuil".
Dari Al-Miqdam bahwasanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
berwasiat agar kalian berbuat baik kepada ibu-ibumu, sesungguhnya Allah
berwa-siat agar berbuat baik kepada bapak-bapakmu dan sesungguhnya Allah
berwasiat kepada kalian agar berbuat baik kepada sanak kerabatmu".
(Dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah)
Anak adalah bagian hidup dan
belahan hati orang tua, kasih sayangnya mengalir di dalam darah daging
keduanya.
Dari 'Aqra' bin Habis
sesungguhnya dia melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mencium Hasan,
lalu dia berkata: "Sesung-guhnya saya mempunyai sepuluh orang anak dan saya
tidak pernah mencium seorangpun di antara mereka. Beliau
bersabda: "Sesungguhnya barangsiapa yang tidak menyayangi maka tidak akan
disayang". (Muttafaq 'alaih)
Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah
ditanya tentang masalah sikapnya terhadap anak, maka beliau menjawab: Anak
adalah buah hati, belahan jiwa dan tulang punggung, kita rela terhina bagaikan
bumi rela diinjak demi mereka dan bagaikan langit yang siap menaungi hidup
mereka dan kita siap menjadi senjata pelindung bagi mereka dalam menghadapi
marabahaya. Jika mereka minta sesuatu kabulkanlah dan bila marah cari sesuatu
yang menye-nangkan hatinya, maka mereka akan membalas kasih sayangmu dan
berterimakasih atas setiap pemberian-mu. Janganlah kalian merasa berat dan
terbebani oleh anakmu, sebab mereka akan mengacuhkan hidupmu dan menghendaki
kematianmu serta segan mendekati-mu.
Apabila seorang anak di mata
orang tua keduduk-annya seperti itu, seharusnya anak menempatkan posisi orang
tua tidak kurang dari itu dalam menghormati dan memuliakan orang tua mereka
sebagai bukti balas budi dan pengakuan terhadap kebaikan yang telah didapat dari
orang tua. Di samping tetap melestarikan kewajiban
silaturrahim kepada mereka berdua sesuai ketentuan Kitabullah.
Dari Abu Hurairah sesungguhnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga macam doa yang
pasti terkabulkan; doa orang tua untuk anaknya, doa orang musafir dan doa orang
yang teraniaya". (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah,
Al-Albani).
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu
Hurairah bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam meminta izin untuk ikut serta berjihad, maka beliau shallallahu
'alaihi wasallam bertanya: "Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Dia
berkata: "Ya, masih hidup". Beliau bersabda: "Maka berjihadlah dalam
(menjaga) keduanya".
Dari Abu Bakrah berkata
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maukah
kalian aku ceritakan tentang dosa yang paling besar?" Kami menjawab: "Ya
wahai Rasu-lullah". Beliau bersabda:
"Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." Beliau waktu itu bersandar, maka terus duduk dan bersabda: "Ketahuilah, dan perkataan dusta". (Shahihul Jami')
"Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." Beliau waktu itu bersandar, maka terus duduk dan bersabda: "Ketahuilah, dan perkataan dusta". (Shahihul Jami')
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud
berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Apakah
amal yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya."
Saya bertanya: "Lalu apalagi?" Beliau bersabda: "Berbuat baik kepada orang
tua". Saya bertanya: "Kemudian apalagi?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
bersab-da: "Jihad di jalan Allah". (Muttafaq 'alaih)
Dari Jabir bin Abdullah
sesungguhnya seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya saya
mempunyai harta dan anak, dan bapak saya meng-inginkan hartaku. Maka beliau
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Engkau dan hartamu adalah milik
bapakmu". (Muttafaq 'alaih).
Dan petunjuk birrul
walidain yang terbaik adalah sikap yang telah ditunjukkan oleh para nabi
'alaihimus shalatu wa salam sebagai simbol anutan dan petunjuk bagi
setiap manusia.
Nabi Ismail 'alaihi salam
berkata dan ucapannya diabadi-kan dalam firman Allah Ta'ala: "Ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar". (Ash-Shafaat:
102).
Nabi Nuh 'alaihi salam
berkata juga dan ucapannya dise-butkan dalam firman Allah Ta'ala:
"Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan
beriman". (Nuh: 28)
Nabi Isa 'alaihi salam
juga disifati oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya: "Dan berbakti kepada
ibuku". (Maryam: 32)
Nabi Yahya 'alaihi salam
juga disifati oleh Allah Ta'ala demikian yang disebutkan dalam firman
Allah: "Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang
yang sombong lagi durhaka". (Maryam: 14)
Betapa indahnya bila seorang
muslim bisa mencontoh dan mengikuti jejak para nabi.
Wahai anakku siang malam
sepanjang umurku, aku korbankan untukmu agar kalian berbahagia, kedua orang
tuamu letih dan menderita serta hati gundah bila engkau sedang sakit dan wajahmu
pucat. Anakku tercin-ta. Itulah kalimat yang sering
diulang-ulang oleh seorang ibu atau bapak.
Wahai seorang anak! Ingatlah jasa
kedua orang tuamu yang besar tatkala engkau masih berada dalam kandungan, di
saat kau masih bayi dan setelah kau menginjak remaja hingga engkau menjadi orang
dewasa. Sekarang tiba saatnya kedua orang tuamu membutuh-kan kasih sayang dan
perhatian darimu. Sementara engkau hanya sibuk mengurusi isteri dan anak-anakmu
hingga orang tuamu engkau abaikan, padahal orang arab jahiliyah dulu menganggap
aib dan harga diri jatuh jika ada seorang anak yang durhaka kepada kedua orang
tuanya. Peribahasa-peribahasa Arab menceritakannya, menuduhnya dengan gambaran
yang sangat jelek sekali bahkan memberinya julukan dengan julukan-julukan yang
sangat keji. Akan tetapi kita membaca banyak cerita di zaman sekarang tentang
cerita anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
Abu Ubaidah At-Taimy dalam
kitabnya, Al-'Aqaqah wal Bararah menuturkan beberapa contoh orang-orang
yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan beberapa contoh orang-orang yang
durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang dari bani
Qurai' bernama Murrah bin Khattab bin Abdullah bin Hamzah pernah mengejek dan
terkadang memukul orang tuanya, se-hingga bapaknya berkata:
Saya besarkan dia tatkala dia
masih kecil bagaikan anak burung yang baru lahir yang masih lemah
tulang-belulangnya. Induknya yang menyuapi makan
sampai melihat anaknya sudah mulai berkulit sempurna.
Dan contoh lain yang durhaka
kepada orang tua-nya adalah putra Umi Tsawab Al-Hazaniyah, dia durhaka kepada
ibunya karena isterinya selalu menghalangi untuk berbuat baik kepada ibunya,
sehingga ibunya mengungkapkan kepedihan hati dalam sebuah syair:
Saya mengasuhnya di masa
kecil tatkala masih seper-ti anak burung, sementara induknya yang menyuapi
makanan dan melihat kulitnya yang masih baru tumbuh.
Setelah dewasa dia merobek
pakaianku dan me-mukul badanku, apakah setelah masa tuaku aku harus mengajari
etika dan adab.
Dan juga Yahya bin Yahya bin
Said, suatu ketika dia pernah menyusahkan bapaknya lalu bapaknya meng-hardiknya
dengan menulis syair:
Semenjak lahir dan masa bayi
yang masih kecil aku mengasuhmu, dan saya selalu berusaha agar engkau menjadi
orang tinggi dan berkecukupan.
Di malam hari engkau mengeluh
sakit hingga tidak bisa tidur. Keluhan itu
membuatku gundah dan ketakutan.
Jiwa selalu gelisah
memikirkan keselamatan untuk dirimu, sebab aku tahu setiap jiwa terancam oleh
ke-matian.
Contoh-contoh di atas merupakan
sebagian dari beberapa kasus anak durhaka kepada kedua orang tua-nya yang
terjadi pada masa lampau dan sekarang.
Dan di dalam sebagian lagu-lagu
masyarakat jahili-yah dahulu, yang sering para wanita lantunkan adalah: Ya
Allah, apa yang harus saya perbuat terhadap anakku yang durhaka, di masa kecil
aku dengan susah payah membesarkannya, setelah menikah dengan seorang putri
Romawi dia berbuat semena-mena terhadapku. Wanita ini mengadu kepada Allah
terhadap sikap anaknya yang telah diasuh dengan susah payah, tetapi setelah
menikah dengan wanita nasrani Romawi, dia melupakan ibunya.
Adapun contoh orang-orang yang
berbuat baik kepada orang tua antara lain; cerita tiga orang yang terjebak dalam
gua, di antara mereka ada yang mengata-kan: "Tidak ada cara yang mampu
menyelamatkan kalian kecuali bertawassul dengan amal shalih kalian. Seorang di
antara mereka berdo'a: "Ya Allah saya mempunyai dua orang tua yang lanjut usia
dan saya sekeluarga tidak makan dan minum di malam hari sebelum mereka berdua,
pada suatu saat saya pernah pergi jauh untuk suatu keperluan sehingga saya
pulang terlambat dan sesampainya di rumah saya mendapatkan mereka berdua dalam
keadaan tidur. Lalu saya memerah susu untuk malam itu, tetapi mereka berdua
masih tetap tidur pulas, sementara saya tidak suka jika makan dan minum sebelum
mereka. Akhirnya saya menunggu sambil memegang susu hingga mereka berdua
ter-bangun, sampai fajar terbit mereka berdua baru bangun lalu meminum susu. Ya
Allah jika perbuatan yang telah aku kerjakan tersebut termasuk perbuatan ikhlas
karena mencari wajahMu, maka hilangkanlah kesulitan kami dari batu besar ini,
lalu batu itu pun bergeser dari mulut gua.
Masih banyak contoh-contoh lain
tentang orang-orang yang berbakti kepada orang tua baik di masa lampau maupun
sekarang yang tidak mungkin kita ceritakan seluruhnya, kebaikan tersebut mereka
per-sembahkan kepada orang tua sebagai balasan atas jasa-jasa, perhatian dan
pemeliharaan mereka dan sebagai bukti pengakuan tulus dan akhlak
mulia. Ini semua mengharuskan kepada setiap anak untuk
mengingat kebaikan yang selalu mengalir tak ada hentinya hingga akhir hayat.
Sebagian orang-orang shalih
sebelum berangkat kerja ada yang menyempatkan diri singgah ke rumah orang tuanya
sambil mencium tangannya untuk memin-ta restu dan menanyakan keadaan serta
kesehatan mereka. Lalu berangkat ke tempat kerja. Sikap
mulia dan terpuji ini, sangat baik jika dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat.
Imam Muslim meriwayatkan hadits
dari Abu Hu-rairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Celakalah, celakalah". Beliau ditanya: "Siapa wahai
Rasulullah? Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seseorang
yang mendapati orang tuanya, dan salah satu atau keduanya berusia lanjut,
kemudian tidak masuk Surga".
Dari Abdullah bin Umar berkata
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga
orang tidak masuk Surga dan tidak dilihat Allah pada hari Kiamat; Orang yang
durhaka kepa-da orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki dan dayyuts.
(HR. Ahmad)
Durhaka kepada orang tua adalah
perbuatan zhalim besar dan sikap tidak tahu diri.
Rasulullah yang mengajari umat
manusia etika dan tata krama mengetahui kedudukan dan fungsi seorang ibu dan
bapak kemudian memberikan petunjuk kepada setiap orang mukmin agar menjadi umat
yang bertang-gung jawab.
Di antara bentuk birrul
walidain setelah orang tuanya meninggal adalah dengan menyambung hubung-an
kerabat dengan teman dan sahabat orang tuanya.
Dari Abdullah bin Umar berkata
sesungguhnya saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah me-nyambung
hubungan kerabat dengan sahabat orang tuanya". (Shahihul Jami',
Al-Albani)
Bukti cinta dan berbakti kepada
orang tua adalah menghormati dan menjaga hubungan persahabatan orang tua dengan
teman-temannya. Pada saat seseorang mempererat hubungan
persahabatan dengan teman bapaknya, merupakan bukti dalam berbakti kepada orang
tua dan pertanda hasil baik pendidikan orang tua kepada anak.
Imam Muslim dalam kitab shahihnya
menyebutkan tentang bab keutamaan menyambung hubungan persa-habatan dengan
teman-teman bapak atau ibu. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah menyambung hubungan persahabatan dengan saha-bat orang tuanya".
"Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah menyambung hubungan persahabatan dengan saha-bat orang tuanya".
Dan juga hadits tentang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam meng-hormati teman-teman
Khadijah setelah wafatnya.
Para
ulama mengatakan bahwa al-birr bermakna menyambung silaturrahim,
menyayangi dan berbuat ke-baikan serta menjaga persahabatan. Seluruhnya termasuk bagian inti kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar